Awal Mula Perang Sipil Di Suriah – Penjelasan singkat penyebab terjadinya perang sipil di Suriah. Semoga dapat menambah wawasan kalian.
Suriah termasuk negara baru, perbatasannya baru ada sekitar 1920. Seperti Indonesia, masyarakat Suriah terdiri dari beberapa suku dan agama.
Sejak akhir tahun 70an, Suriah berada dibawah pemerintahan diktator keluarga al-Assad, yang merupakan kaum Islam Syi’ah. Sejak tahun 2000, Suriah konsisten stabil dibawa rezim Presiden Mashar al-Assad.
Sampai pada tahun 2006-2011, Suriah mengalami bencana kekeringan berkepanjangan. Ternak mati dan hasil panen hancur.
Namun Presiden al-Assad cuek dan tidak peduli, sampai-sampai para petani harus mengebor sumur-sumur ilegal sendiri.
Hampir 1 juta penduduk Suriah kehilangan lahan dan peternakannya gara-gara bencanakekeringan ini. Para petani kehilangan sumber penghasilan, sehingga terpaksa mencari pekerjaan di kota.
Tahun 2011, di kota Daraa, sekelompok anak muda mencorat-coret tembok, mengekspresikanprotes mereka kepada pemerintah yang cuek & tidak peduli terhadap krisis pangan dan lahan pekerjaan ini.Mereka menulis slogan-slogan revolusi.
Namun ke-15 anak muda ini segera ditangkap, lalu disiksa. Kulit mereka dibakar dan kuku mereka dicabuti. Beberapa anak muda ini adalah anak-anak dari keluarga terpandang di Daraa. Karena tidak terima, keluarga mereka protes ke pemerintah.
Protes-protes masyarakat ini sebenarnya kecil, tapi jadi membesar akibat dendam terpendam masyarakat Suriah kepada Presiden al-Assad. Selama ini, rezim al-Assad kesannya stabil-stabil aja, tapi sebenarnya tidak.
Banyak masyarakat Suriah yang kesal dengan al-Assad, karena segala isu korupsi dan ketidak setaraan yang tumbuh subur di Suriah.
Pada tanggal 18 maret 2011, tentara Suriah menembaki sekelompok demonstran (yang sedang berdemonstrasi dengan damai, mereka tidak rusuh) di kota Daraa. Tiga demonstran meninggal. Masyarakat mengamuk, terjadi kerusuhan dimana-mana.
Tentara al-Assad tidak mau kalah, malah semakin membabi buta, mereka menembaki para demonstran, menculik, dan menyiksa para aktivis. Bahkan membunuh anak-anak kecil. Protespun meledak dimana-mana…
Tidak ada yang menyangkah Suriah serusuh ini. Selama ini, Suriah dikenal sebagai salah satu negara paling stabil di Timur Tengah. Bahkan ketika negara-negara Timur Tengah lainnya sedang bergejolak, Suriah tidak ikut-ikutan.
Tahun 2012, konflik di Suriah berkembang menjadi perang sipil. Pemerintah tidak pandang bulu, ngebom semua warga sipil. Presiden al-Assad berniat menghancurkan semua pemberontak dan pendukung-pendukungnya dengan kekerasan maksimal.
Presiden al-Assad sengaja fokus menyerang kaum Islam Sunni, tidak memandang itu warga sipil atau para pemberontak. Tujuan al-Assad adalah mengadu domba, Awal konflik ini adalah masyarakat vs pemerintah. Tapi Al-Assad memutarnya menjadi perang antar golongan agama. Al-Assad sengaja membuatkaum ekstrimis memerangi dirinya, supaya ia dikasihani oleh dunia.
Strategi al-Assad berhasil. Tahun 2013, kaum Islam Sunni garis keras menjadi golongan anti Assad terbesar, dan mereka didukung oleh negara-negara Sunni seperti Arab Saudi dan Qatar. Sementara, pemerintah Iran yang Syi’ah mendukung al-Assad dengan uang, senjata dan tentara.
Pada waktu bersamaan, grup ekstrimis Sunni al-Qaeda di Irak pelan-pelan sedang membangun dirinya lagi, setelah dibikin keok pada tahun 2007. Al-Qaeda juga termasuk kubu yang abis-abisan melawan al-Assad di Suriah, lalu kemudian menghabisi Irak utara dibawah nama baru ISIS.
Pada tahun 2014, Suriah terbelah antara pihak pemerintah, pihak pemberontak, ISIS, dan kaum Kurdi (yang dari dulu berusaha mendapatkan kemerdekaannya sendiri).
Sekarang inilah pertanyaan besar :Rezim al-Assad memang sangat opresif terhadap masyarakat Suriah. Walaupun masyarakatnyamungkin tidak puas dengan rezim ini, tetep saja, pemerintah sukses membuat negara ini damai danstabil selama 40 tahun terakhir.
Terus kenapa dong sekarang Suriah perang sipil?
Salah satu teorinya adalah “perubahan iklim”.
Jadi, udah diterangin di awal, ya, bahwa antara 2006-2011, Suriah mengalami bencana kekeringan berkepanjangan.
Akibatnya, petani dan peternak kehilangan mata pencahariannya, dan terpaksa urbanisasi besar-besaranke kota.
Masyarakat jadi gelisah dan mereka melampiaskannya kepada pemerintah. Setelah berpuluhpuluh tahun ditekan oleh pemerintah, akhirnya mereka meledak juga.
Dalam setiap perang yang terjadi, yang paling menderita adalah warga sipil. Warga sipil Suriah amat sangat menderita. Al-Assad menargetkan mereka habis-habisan dengan bom dan senjata kimia. Trus, setiap kali kelompok ekstrimis seperti ISIS menduduki suatu kota di Suriah, mereka juga mengambil alih kota dengan peraturan-peraturan yang sangat brutal & membebani warga sipil.
Perang ini benar-benar menghancurkan Suriah. Suriah tidak seperti dulu lagi…
Source : Fanspage Tambah Wawasan