Jadi gamer professional merupakan mimpi sebagian besar orang ketika bermain game , ditambah lagi gaji yang ditawarkan beberapa organisasi ternama bisa mencapai milyaran rupiah. Hal itulah yang menjadi keinginan kebanyakan gamer didunia untuk terjun ke dalam ranah kompetitif.
Meskipun begitu jangan pernah melihat semua itu dari sisi positifnya saja , pernahkah terpikirkan dibenakmu menjadi gamer professional tenyata mempunyai banyak risiko yang harus kamu waspadai. Walaupun kecil kemungkinan terjadinya kontak fisik , nyatanya banyak gamer professional yang sudah merasakan dampaknya.
Kok bisa? Berikut beberapa point penting yang harus kamu perhatikan sebelum terjun langsung kedalam ranah kompetitif:
1. Menjadi Gamer Professional Tidak Semudah Yang Di bayangkan
Meskipun beberapa organisasi ternama dapat menggajimu hingga milayaran rupiah , tetapi semua itu tidak akan berjalan mulus dan mudah. Semua itu butuh banyak proses yang panjang dan persaingan yang sangat ketat.
Ditambah lagi batas usia yang menjadi penghalang terbesar karirmu selanjutkan.
Nyatanya batas efektif menjadi altet gamer professional tidah lebih dari 30 tahun , yang berbanding terbalik pada profesi atlet lainnya yang dapat menyentuh angka 40an. Karena pada usia diatas 30 pikiran dan kemampuan mereka akan berkurang sedikit demi sedikit dan berakibat sangat fatal pada kelangsung team.
Dapat kita lihat banyaknya gamer professional yang pensiun dan beralih menjadi full time streamer hingga memperoleh penghasilan bahkan dapat melebihi dari gajinya sendiri ketika masih menjadi atlet esports.
Seperti contohnya ” Shroud ” yang pensiun dari dunia CS GO dan menjadi full streamer. Atau ” Summit1G ” yang terkenal akan kesalahan konyolnya pada kompetisi offline.
Semua itu tentu tidak akan kamu dapatkan dengan mudah. Menjadi streamer butuh modal yang besar dan butuh waktu berbulan bulan bahkan bertahun tahun untuk menutupi kerugiannya, ditambah lagi posisi kita sendiri yang kurang pandai berbahasa inggris, tentu akan mempersulit kita mendapatkan viewers manca negara dan hal ini menjadi point penting bagaimana orang-orang mendonasikan uang mereka seperti layaknya streamer diluar sana.
Walaupun kamu fasih berbahasa inggris , bukan menjadikan semuanya mudah . Karena bila kamu bukan siapa siapa atau kamu tidak punya pengalaman dalam dunia esports mungkin kamu harus bekerja keras mendapatkan viewers.
Tetapi tenang saja, ada banyak cara untuk menjadi atlet professional, dan semunya itu butuh banyak proses, tetap berjuang, jangan melihat semua dari sisi enaknya saja tapi harus dilihat kembali kekurangannnya.
Yang terpenting jangan sampai tinggalkan pendidikan karena menurut saya pendidikan itu penting dan menjadi bekalmu sendiri ketika sudah pensiun menjadi atlet esports nanti.
2. Mata Minus
Menjadi profesi olahraga yang baru , banyak dokter yang mencoba menganalisis penyakit apa saja yang bisa timbul akibat bermain game berlama lama salah satunya penyakit mata minus yang sudah menjadi penyakit yang lumrah terjadi.
Walaupun beberapa monitor sekarang sudah memiliki Blue Filters tidak menutup kemungkinan kita tidak akan terkena dampaknya dan nyatanya banyak kok atlet esport yang sebelumnya tidak menggunakan kaca mata malah terkena dampaknya sekarang.
Meskipun memiliki pontesi besar tapi semua itu dapat kita cegah dengan melihat pemandangan luar tanpa adanya blue light selama 20 detik setiap 20 menit menatap layar. Dan tidak ketinggalan makan buah buahan yang banyak mengandung vitaman A.
3. Carpal Tunnel Syndrome Atau Cedera Pada Pergelangan Tangan
Ini merupakan cedera yang paling umum dan paling mengancam , walaupun tidak semua atlet esports merasakannya, tapi ada saja yang mengakhiri karier mereka akibat masalah ini.
Menurut Blitz Esports, situs web berita League of Legends (LoL) dan Counter Strike: Global Offensive(CS:GO) ini mengatakan, ketika atlet menghabiskan waktu berjam-jam untuk belatih, tanpa disadari mereka melakukan gerakan yang berulang sehingga intens jari-jari dan tangan mereka mengalami pembengkakan. Karena tekanan terjadi pada saraf median sehingga ditemukan carpal tunnel , yang dimana mempunyai peran penting untuk membawa informasi dari tangan ke otak dan sebaliknya.
Gejala awal terjadinya carpal tunnel yaitu mati rasa dan kesemutan, tetapi, seiring berjalannya waktu, pengguna tangan akan lebih dan lebih sulit lagi menggerakan tangan mereka sendiri karena sakit yang ditimbulkan oleh Carpel Tunnel ini.
Disitu juga ditulis dalam catatan mereka , pemain paling muda cenderung mengabaikan tanda-tanda awal dari pergelangan tangan mereka yang sakit, dan malah berpikir bahwa ini hanyalah masalah kecil semua masalah itu akan hilang pada esok harinya.
Pada dasarnya Atlet-atlet ini akan mulai merasakan sakit yang terus menjadi jadi dan telat untuk menyadari bahwa rasa sakit yang timbul dapat membahayakan karir profesional mereka dan memaksa mereka untuk pensiun dengan cepat.
4. Gizi Buruk , Kurangnya Olahraga Dan Mudah Lelah
Kunci kemenangan kebanyakan atlet esports tentu di dominasi oleh strategi dan pikiran yang fokus. Namun sebagian besar atlet-atlet ini, sering kali dibebani oleh besarnya tekanan dan tingginya tingkat kecemasan.
Banyak atlet esport muda yang direkrut oleh organisasi dan harus memaksa mereka untuk berkerja lebih professional lagi. Sebagai public figure, mereka sering kali tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan teman temannya, karena mereka harus berlatih setidaknya 12-16 jam perhari.
ESPN, dalam sebuah artikelnya mereka menjelaskan bahwa gaya hidup yang intens menyebabkan sebagian besar atlet esport kelelahan dan kurang fokus, kebanyakan dari mereka sudah menyatakan pensiun sebelum memasuki umur 30an.
Sepertinya yang sudah dijelaskan sebelumnya , jumlah waktu yang tersisa memaksakan mereka harus pintar-pintar ngatur waktu sebaik mungkin. Bila mereka tidak bisa pintar pintar mengatur waktu mereka akan kehilangan performa dan fokus yang dapat mengancam karir mereka itu sendiri.
Itu sebabnya menjadi atlet esports harus memiliki beberapa perhitungan sebelum terjun kedalam ranah kompetitifnya.