Di Indonesia, sejarah burung kenari cukup panjang, di mulai dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sedang perkembangan luar biasanya berada di Semarang.

Kenari (Serinus Canary) merupakan burung pemakan biji yang sangat digemari di Indonesia.
Ditemukan di kepulauan Canary
Adalah Jean de Bethencourt, seorang pelaut asal Prancis yang melakukan ekspedisi ke Kepulauan Canary pada tahun 1402. Jean yang waktu itu terpesona oleh keindahan bulu dan suara burung ini, membawa burung kenari liar ke Portugal dan Inggris.

Pada tahun 1492 kenari jatuh ke tangan Spanyol, sejak saat itu Spanyol menguasai pasar kenari. Namun, di tangan Italilah kenari selanjutnya berkembang dan diekspor ke berbagai negara Eropa lainnya.
Telah mengalami berbagai mutasi
Pada perkembangannya, sejak lima abad lalu kenari telah mengalami berbagai mutasi yang diakibatkan iklim atau kawin silang. Mutasi itu menyebabkan banyaknya jenis kenari di dunia berdasarkan bulu dan suaranya.
Burung kenari yang terkenal akan suaranya adalah Belgian Waterslegger, yang disebut-sebut mempunyai 17 ragam suara.

Dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia
Di Indonesia tentu kenari dibawa oleh orang Belanda. Waktu itu kenari dianggap sebagai burung milyader, sebab pada tahun 1939 kenari jenis Harzer dihargai sekitar lima belas sampai dua puluh lima gulden. Sedang waktu itu gaji para pekerja hanya lima belas gulden perbulan.
Pada tahun 1943-1945 burung monopoli belanda ini dimusnahkan oleh Jepang. Pada tahun 1949, burung kenari kembali masuk ke Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Namun, makanannya masih memakai racinan impor. Sehingga hanya beberapa kalangan yang dapat memeliharanya.
Pada tahun 1952 adalah penglokalan burung kenari. Pada Semarang para peternak memberikan biji-biji lokal seperti biji sawi, jewawut, dan biji kecil lainnya. Secara perlahan pakan impor mulai tersisihkan karena harganya yang mahal dan susah didapatkan. Dari penglokalan itu munculkan jenis kenari jawa.