Mengenal Lebih Dalam, Apa Itu Berpikir?

9
0
Berpikir

Berpikir merupakan sebuah anugerah non-fisik yang dimiliki oleh manusia, fungsinya adalah untuk memecahkan sebuah persoalan. Manusia bisa survive selama ribuan tahun di muka bumi dengan kemampuan ini. Tidak seperti harimau bergigi pedang yang meskipun mempunyai gigi taring panjang dan kuat mereka tetap saja mengalami kepunahan.

Sedangkan manusia, dengan berpikir mereka bisa membuat apapun untuk memudahkan hidupnya, seperti membuat tombak untuk membunuh seekor bison maupun membuat baju yang bisa melindunginya dari serangan dingin malam.

Dua jenis proses berpikir

Menurut Anita Maulidya dalam makalahnya yang berjudul Berpikir dan Problem Solving (2018) mendefinisikan bahwa berpikir adalah kegiatan yang menggunakan konsep dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa. Artinya, manusia menciptakan angan-angan dan mengolah bahasa untuk menggambarkan sebuah realitas, yang kemudian dikeluarkanya dalam sebuah kata ataupun kalimat.

Manusia akan berangan-angan dan mengolah bahasa untuk menamai dokumen yang menumpuk, sampai pada akhirnya mereka menemukan sebuah kata yang pas yaitu “buku”, proses menemukan kata “buku” inilah yang dinamakan proses berpikir.

ARTIKEL TERKAIT •
Hubungan Antar Manusia dan Bagaimana Cara Menyikapinya

Anita melanjutkan bahwa ada dua jenis proses berpikir, yaitu proses berpikir asosiatif dan proses berpikir terarah. Proses berpikir asosiatif, yaitu suatu ide untuk merangsang timbulnya ide-ide lain.

Artinya, manusia akan mengembangkan satu soal menjadi banyak pertanyaan. Contohnya adalah soal tentang “Manusia”, soal ini akan memunculkan pertanyaan lain seperti  “Untuk apa manusia hidup?” “Siapa yang menghidupkan manusia?” “Bagaimana cara manusia dihidupkan?” dan pertanyaan lain yang menyangkut tentang soal utamanya.

Berpikir secara asosiatif muncul dikarenakan belum ditemukanya jawaban yang memuaskan terkait persoalan yang ada, seperti persoalan tentang Tuhan. Secara nyata manusia tidak bisa melihat dan merasakan Tuhan, untuk menemukanya manusia mengembangkan pertanyaan “ada” dan “tidak ada” demi menjawab persoalan tersebut.  Jenis berpikir seperti ini biasanya digunakan oleh para filsuf untuk menemukan makna kehidupan.  

Sedangkan proses berpikir terarah yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan dan diarahkan pada suatu pemecahan masalah tertentu, Berpikir terarah lebih mengandalkan sebuah jawaban atau informasi yang sudah ditemukan sebelumnya.

ARTIKEL TERKAIT •
Mencari Tahu Awal Mula Tulisan

Contohnya adalah ketika seorang manusia sedang mengalami kerusakan mesin pada mobilnya, ia akan mengerahkan semua pengetahuanya dan mencari semua informasi tentang cara memperbaiki mesin yang rusak, untuk kemudian diaplikasikan pada mesin mobilnya.

Kedua jenis proses berpikir inilah yang memungkinkan manusia menemukan solusi untuk memecahkan permasalahanya. Manusia membuat banyak sistem kehidupan untuk memudahkan interaksi antar sesamanya, mengurangi angka kematian dan memenuhi kebutuhan biologisnya seperti makan dan minum.

Peran berpikir untuk peradaban

Pada masa imperium-imperium berdiri, manusia saling menumpahkan darah demi menambah kekayaan dan memperluas wilayah kekuasaanya. Namun kini sudah berbeda, manusia membentuk sebuah lembaga bernama Persatuan Bangsa Bangsa untuk menciptakan sistem dimana sebuah negara sudah menentukan batas wilayahnya masing-masing.

Sehingga tidak ada tentara-tentara Belanda yang dengan beraninya ingin merebut monopoli dagang di Indonesia maupun tentara-tentara Inggris yang ingin menguasai sebuah tambang berlian di Afrika.     

Tak Cuma itu, manusia juga dapat mengurangi kelaparan di dunia ini. Pada masa revolusi pertanian berlangsung, manusia di Afrika tidak akan bisa mengatasi angin topan dan hama penyakit yang melanda tanaman mereka.

ARTIKEL TERKAIT •
Menteri Kesehatan Inggris Terkena Virus Corona

Akibatnya mereka akan mengalami bencana kelaparan hebat dan seketika populasi di sana menyusut lebih dari setengahnya, mereka tidak bisa meminta bantuan dari Asia karena belum ada sebuah sistem yang menyatukan hubungan mereka.

Dengan berpikir memungkinkan manusia menciptakan sistem yang modern, mereka membuat organisasi besar seperti FAO (Food and Agriculture Organization) yang memungkinkan masyarakat di seluruh dunia untuk saling membantu mengurangi bencana kelaparan.

Selain itu, manusia dapat menggunakan pikiranya untuk memanfaatkan manusia lain demi kepentinganya. Fir’aun menciptakan sebuah sistem ketuhanan di mana dia duduk sebagai raja sekaligus tuhan bagi rakyat Mesir.

Dengan sistemnya ini, dia hanya duduk di singgasananya tidur di atas bantal mewah nan nyaman sementara para pembantu yang cantik memasukan anggur ke dalam mulutnya sambil sesekali melihat para petani yang sedang mencangkul kebun miliknya.

Sedangkan para manusia yang daya pikirnya tidak lebih hebat dari Fir’aun hanya bisa menjadi masyarakat kelas bawah, mau ditipu, dicambuk dan diperas tenaganya. Mereka dipaksa membuat piramida atau mencangkul lahan sampai berhektar-hektar luasnya dengan hanya diberi sedikit upah.

ARTIKEL TERKAIT •
Kenapa Mata Orang Bule Memiliki Warna Berbeda dari Orang Indonesia?

Meskipun jumlah mereka lebih banyak dari para pejabat Fir’aun, mereka tidak berpikir untuk memberontak, membentuk sebuah sistem baru yang lebih menguntungkan mereka.

Dalam sejarah manusia, salah satu masyarakat yang mampu berpikir hebat dan kritis adalah masyarakat Prancis. Sebelum terjadi revolusi, masyarakat Prancis diperintah tunduk dan patuh kepada kekuasaan absolut kerajaan maupun dogma-dogma gereja.

Mereka diperintah hanya untuk percaya meskipun hal yang diperintahkan tidak masuk ke dalam akal manusia. Jika ada yang menentang perintah ini maka hukumanya adalah dipenjara atau dihukum mati, seperti Galileo yang membusuk sebagai tahanan rumah akibat menentang teori geosentris yang dianut oleh gereja.

Karena banyak hal yang tidak masuk akal namun tetap dipaksakan oleh kekuasaan absolut, akhirnya masyarakat Prancis berpikir secara mendalam tentang kebebasan umat manusia.

Hasil dari pemikiran ini kemudian digunakan untuk membebaskan diri dari kekangan kekuasaan kerajaan dan dogma-dogma gereja sehingga menjadikan rakyat Prancis yang bebas dalam berpikir maupun menentukan jalan hidupnya.

Tokoh-tokoh besar di dunia ini tidak lepas dari cara mereka berpikir, seperti Socrates maupun Aristoteles. Mereka menuliskan buah pemikiranya ke dalam lembaran-lembaran kertas yang kemudian digunakan untuk menyadarkan umat manusia supaya terbebas dari kebodohan.

ARTIKEL TERKAIT •
6 Negara Tertua di Dunia, Ada Sejak Ratusan Tahun SM

Tokoh-tokoh tersebut mengembangkan pemikiranya demi kebermanfaatanya untuk umat manusia supaya manusia dapat mengurangi konflik dan supaya manusia bisa survive di bumi ini.

Jika pemikiran manusia tidak berkembang, mungkin sekarang mereka masih berada di hutan belantara, menetap di gua-gua dan melakukan banyak perkelahian untuk mendapatkan makanan. Manusia akan cepat mati akibat dinginya suhu udara di zaman es maupun tidak bisa mengendalikan hama penyakit tanaman yang mengakibatkan gagal panen.

Dalam tingkat kolektif, manusia yang pemikiranya dibawah manusia lain akan lebih mudah tertipu dan sangat mudah dimanfaatkan oleh manusia yang pemikiranya jauh lebih maju.

Akibat berkembangnya pemikiran manusia, mereka mampu membuat sistem yang jika wilayah satu kelaparan maka akan cepat ditolong oleh wilayah lain yang mempunyai surplus bahan pangan.

Mereka juga sekarang tidak lagi membuat tombak untuk membunuh seekor bison demi sebuah makan malam, sekarang hal tersebut malah menjadi kegiatan olahraga di Afrika sana. Senjata yang digunakan pun simple, manusia tinggal menarik pelatuk dan memilih jarak yang aman untuk mendapatkan seekor bison besar penghuni Afrika.  

ARTIKEL TERKAIT •
Kuda Dijinakkan Manusia, Mengapa Zebra Tidak?

Penulis: Afif Fadhullah Azis
Editor: Yogi Arfan

Tinggalkan Balasan