Apa yang terbesit di pikiranmu jika mendengar kata ‘chef‘? Pastinya kita kebanyakan membayangkan seorang pemasak handal sambil memegang pisau dan mengenakan mantel berwarna putih.
Memang profesi chef memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat Indonesia. Mereka juga memiliki citra yang ikonik yaitu topi putih yang tinggi.
Ternyata topi putih tinggi para chef itu memiliki sejarah panjang dan menarik, loh. Bukan hanya sekedar aksesoris atau pelengkap saat memasak saja.
Walaupun tak wajib digunakan, akan tetapi topi ini menjadi pertanda pernyataan status, tradisi atau mode.
Baca Juga: 10 Restoran Cepat Saji Favorit Orang Indonesia
Sejarah topi putih tinggi para chef
Sejarah dijadikannya topi putih tinggi ini sebagai simbolis seorang chef ini memiliki beberapa sumber. Salah satunya kisah yang menyebutkan bahwa pada zaman dahulu seorang pemimpin di sebuah kerajaan bernama Raja Henry VIII membunuh seorang koki dengan memenggal kepalanya karena ditemukan rambut pada makanannnya.

Saat itu, koki yang bertugas selanjutnya disuruh untuk mengenakan topi ketika memasak, dan setelah itu para koki mulai mengenakan topi ketika menjalankan profesinya.
Dari sumber lainnya mengungkapkan pada awal abad ke-7 M, topi yang digunakan para koki untuk menandakan status.
Mereka diberikan topi sebagai penebus penganiayaan yang mereka alami, karena itu adalah waktu di mana koki secara teratur meracuni raja yang menghina mereka.
Hingga kini, kedua kisah itu masih belum dipastikan kebenarannya. Akan tetapi, aksesoris tersebut menjadi pelengkap atau aksesoris para koki saat memasak.
Baca Juga: Menyeramkan, Berani Makan Di 5 Restoran Paling Berhantu Di Dunia Ini?
Warna putih
Lalu, mengapa warnanya putih?
Warna putih dipilih karena merupakan warna terbaik untuk melambangkan kebersihan dapur. Kabar yang beredar mengungkap kalau topi putih tinggi para chef itu melambangkan seorang chef professional.
Dikutip dari Escoffier, secara tradisional, topi koki mempunyai 100 kali lipatan, yang menandakan 100 cara berbeda dalam menghidangkan telur.
Mungkin saja saat ini 100 lipatan tersebut tidak dipakai lagi, namun simbolismenya masih berlaku.
Baca Juga: 5 Makanan Khas Indonesia Yang Harganya Sangat Mahal Di Selandia Baru
Aspek lainnya dari topi yang menjadi simbois chef ini misalnya koki yang memiliki pangkat yang tinggi, memiliki topi yang tinggi pula. Tiap peran mereka di dapur juga memiliki gaya topi yang berbeda.beda.