Pemerintah Republik Rakyat China kini menolak tudingan bahwa virus corona atau COVID-19 berasal dari negara mereka. China mengaku sedang melacak asal virus tersebut.
Klaim ini dibuat China pada awal Maret lalu, tapi mulai disorot karena China tidak terima dengan istilah “Virus Corona Wuhan” yang digunakan pejabat Amerika Serikat (AS). Penyebutan Wuhan dianggap mengandung stigma.
“Meski WHO sudah resmi menamakan virus corona baru ini, oknum politikus Amerika tidak menghormati sains dan keputusan WHO, langsung mengambil peluang untuk menstigmasi China dan Wuhan. Kami mengecam praktik buruk ini,” ujar jubir Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang seperti dikutip CNBC, Rabu (11/03/2020).
Selain itu, China bersikeras bahwa virus belum tentu berasal dari negara China, ini diungkap pejabat China pada pekan lalu pada konferensi pers.
“Tidak ada kesimpulan yang sudah dicapai terkait asal virus itu,” ujar Zhao Lijian, yang juga menjadi jubir Kemlu China.
“Epidemi tersebut memang pertama kali dilaporkan di China, tetapi itu tidak berarti asalnya di China,” lanjut Zhao.
Sebelum dinamakan COVID-19, virus ini disebut virus corona Wuhan karena pertama kali ditemukan di Wuhan. Dokter di Wuhan yang menemukan virus ini sempat dibungkam pemerintah.
Menlu Amerika Serikat Pompeo memaki istilah virus corona Wuhan dan anggota DPR Amerika Serikat Kevin McCarthy juga belakangan ini menyebut COVID-19 sebagai “Virus Corona China.”
Pompe dan McCarthy kompak menolak meminta maaf atas istilah yang mereka pakai. Pompeo berkata virus corona memang berasal dari China. Alasan serupa digunakan McCarthy yang turut menyalahkan Partai Komunis China.
Virus corona yang awalnya merebak di China pada Desember lalu kini sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, Eropa, Timur Tengah
Pejabat China Tuding Amerika Serikat membawa virus corona ke China
Pejabat China tuding kasus pertama virus corona atau COVID-19 bukan berasal dari negaranya, melainkan dari Amerika Serikat. Ia menuding seorang tentara asal Amerika Serikat yang membawa virus corona ke China.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (13/3/2020) meski demikian pejabat tersebut tidak didukung bukti.
Sementara itu juru bicara Kementerian China Zhao Lijian juga dianggap melontarkan tuduhan yang sama. Setelah dalam akun Twitter pribadinya menyebut ada teori konspirasi yang menuduh Amerika Serikat sebagai penyebabnya.