Ini Alasan Tom Lembong Sesali Jadi Bagian Pemerintah Jokowi

Thomas Lembong menyatakan bahwa dia menyesal pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Ungkap Alasan Tom Lembong Sesali Pernah Jadi Bagian Pemerintahan Jokowi

Tom Lembong ungkap alasan sesali pengalaman masa lalunya sebagai bagian dari pemerintah Jokowi.

Thomas Lembong menyatakan bahwa dia menyesal pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya, Thomas Lembong sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN).

Tom Lembong mengungkapkan rasa penyesalan yang cukup besar karena pernah menjadi bagian dari pemerintah. Penyampaian ini dalam diskusi “Pemuda Harsa: Bangga Bicara” yang berlangsung di On3 Senayan, GBK, Jakarta, pada Jumat (9/2/2024) malam.

Thomas Lembong 169
Ini Alasan Tom Lembong Sesali Jadi Bagian Pemerintah Jokowi 10

Tom Lembong menempati jabatan sebagai Menteri Perdagangan (Mendag) mulai tanggal 12 Agustus 2015 sampai dengan 27 Juli 2016, dan juga menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari tanggal 27 Juli 2016 hingga 23 Oktober 2019.

Tom Lembong mengungkapkan penyesalannya atas keputusannya untuk bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Menurutnya, penerapan strategi untuk memperbaiki ekonomi Indonesia tidak berhasil sepenuhnya. Ia menyebut strategi tersebut gagal dalam mengembangkan ekonomi di Indonesia.

Baca Juga:  Lagu “Oke Gas” Prabowo-Gibran Mencuri Perhatian Masyarakat

Tom Lembong mengungkapkan bahwa ketika kita menjalankan strategi yang menurut data yang saya lihat, agak-agak tidak berhasil. Jika kita ingin lebih gigih, maka akan banyak mengalami kegagalan.

Alasan Penyesalan Tom Lembong

Menurut pendapatnya, salah satu jenis kegagalan tersebut adalah ketidakmampuan pemerintahan Jokowi dalam meningkatkan keadaan kelas menengah di Indonesia. Dalam periode 10 tahun terakhir, dia menjelaskan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Salah satu tanda dapat terlihat dari informasi penjualan sepeda motor. Pada tahun 2013, Tom Lembong menyatakan bahwa penjualan puncak sepeda motor mencapai 7,9 juta unit terjual.

Namun, sejak itu angka tersebut mengalami penurunan dari tahun ke tahun, terutama karena dampak pandemi. Saat ini, penjualan motor bahkan berada di kisaran 5 juta unit per tahun.

Selama sepuluh tahun terakhir, kelas menengah kita tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Paling tidak, pertumbuhan mereka terhenti dan ada kemungkinan besar bahwa jumlah orang yang berada di kelas menengah kita bahkan mengalami penurunan. Menurut pendapat saya, indikator yang paling tepat untuk mengukur hal ini adalah jumlah pemilik sepeda motor.

Baca Juga:  5 Fakta Menarik Debat Terakhir Capres: Siapa yang Unggul?

Seperti data yang menunjukkan penurunan dalam pembelian mobil dan barang elektronik, kesejahteraan kelas menengah juga terus mengalami tekanan. Penyebab hal ini karena adanya ketimpangan ekonomi yang terjadi.

Menurut pendapat Tom Lembong, salah satu alasan adalah karena banyaknya investasi yang hanya mengutamakan industri yang membutuhkan modal besar daripada tenaga kerja di Indonesia. Akibatnya, hanya sekitar 20% hasil investasi yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, manfaat yang didapat oleh masyarakat dari pertumbuhan ekonomi yang saat ini sekitar 5% sangatlah minim.

Baca juga: