Wabah corona yang bermula dari Wuhan, China hingga Sabtu (29/02/2020) pagi tercatat telah menyebar ke 56 negara. Data sementara ini menunjukkan sudah lebih dari 85 ribu kasus. Dengan total kematian mencapai lebih 2.923 jiwa. Sedangkan pasien yang sembuh dari virus corona atau COVID-19 jumlahnya 39.332 orang.
Meski begitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan penyakit ini sebagai pandemi. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan virus corona memang berpotensi menjadi pandemi.
Tapi kata dia, kondisi saat ini belum cukup untuk menggolongkan virus corona sebagai pandemi. Ia menjelaskan, keputusan menggunakan istilah pandemi berdasarkan pada penilaian berkelanjutan dari penyebaran virus secara geografis, tingkat keparahan dan, dampak ke masyarakat.
“Namun saat ini kami belum menyaksikan penyebaran virus ini secara global,” ujar Tedros seperti dilansir CNN.
Dia menjelaskan, virus ini menyebar lintas negara menggunakan cara yang berbeda sehingga memerlukan respons khusus di masing-masing daerah. Bukan satu panduan umum yang bisa diberlakukan ke semua negara.
Tedros pun mengingatkan, tak ada perhitungan pasti untuk menentukan sebuah penyakit digolongkan pandemi. Tapi karakteristik wabah menjadi pandemi ditentukan oleh ahli epidemiologi, di mana hingga kini belum ada menetapkan istilah tersebut.
Menurut dia, hal tersebut lantaran para ahli belum melihat transmisi berkelanjutan di antara orang-orang yang baru bepergian ke China atau yang melakukan kontak dengan orang dari China.
Banyaknya kasus di sebuah negara atau meluasnya penyebaran tidak cukup untuk menggolongkan sebuah penyakit sebagai pandemi. Wabah ini harus berkelanjutan, dari orang ke orang sampai berkali-kali, dan penularannya melalui banyak generasi.
Otoritas kesehatan hingga kini belum memberikan label wabah virus corona sebagai pandemi. Tapi potensi ke arah itu tetap terbuka.
“Kami berada di ujung tanduk,” ujar dokter William Schaffner seorang spesialis penyakit menular di Vanderbit University Medical Center sekaligus penasihat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Kekhawatiran serupa diungkapkan Direktur dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases di National Institutes for Health, Anthony Fauci. “Kami benar-benar berada di tepi jurang,” ujar dia mengumumkan keadaan.