Seorang Pengguna Facebook bernama Pri Hartanto baru-baru ini mengunggah foto lawas yang memperlihatkan suasana para pemuda-pemudi yang sedang berkumpul bersama di sebuah halaman rumah. Foto tersebut lantas menuai sorotan di media sosial. Karena foto itu diambil pada tahun 1971 dimana belum ada yang namanya smartphone.
Seperti diketahui, dampak perkembangan teknologi terutama pada bidang telepon pintar, membuat orang-orang terlalu sibuk dengan ponsel mereka ketika sedang berkumpul bersama dengan teman-temannya.
Momen pemuda-pemudi tahun 1971
Sehingga momen yang seharusnya dijadikan ajang reuni atau mengeratkan tali silaturahmi menjadi kurang berkualitas karena adanya gadget. Akan tetapi, berbeda dengan potret pemuda-pemudi pada tahun 1971 ini.
Melalui postingan akun Facebook yang diunggah di grup Indonesia Tempoe Doeloe, pada 23 Februari 2021, terlihat sejumlah pemuda-pemudi yang sedang berkumpul di sebuah halaman rumah.
“Sekelompok anak muda sedang berkumpul di Yogyakarta tahun 1971. Kira-kira dalam rangka apa ya,” tulis keterangan postingan tersebut.
Tampak suasana yang tercipta pada foto tersebut memang sangat berbeda dengan susasana saat ini. Tak sedikit warganet yang menanggapi mereka tampak sangat dekat dan akrab, tanpa disibukkan dengan telepon genggam di tangan mereka.
Slain itu, warganet juga menyoroti busana yang mereka kenakan. Banyak wanita yang menggunakan gaun one piece, dan yang lainnya mengenakan celana model cutbray. Sedangkan para pria, tampak percaya diri dengan model rambut gondrong dengan kemeja yang dibuka kancing atasnya.
Menuai komentar warganet
Hingga saat ini, unggahan tersebut telah menjadi viral. Terlihat dari jumlah suka, komentar, dan bagikan mencapai ribuan orang. Banyak warganet yang memberikan komentar atas postingan potret pemuda-pemudi pada tahun 1971 itu.
“Jaman dimana orang-orangnya hobi titip salam.,” tulis akun Victor Degel.
“Bahas EYD…….masih bingung baca tjotja tjola….apa kokakola (coca cola),” kata Hang G Asikin.
“Menurut FP Jogja Rikala Semana yang pertama mengUpload foto itu, peristiwa tersebut adalah sekumpulan Mahasiswa ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) Jogjakarta.,” komentar Franz Surya.
“Ga ada yg sibuk dgn gadgetnya, kecuali fotografer,” tutur Imam Buni.
