Self Sabotage: Mengapa Manusia Seringkali ‘Merusak’ Hidup Sendiri?

Self-sabotage adalah ketika seseorang terbiasa menghancurkan hidupnya sendiri dengan menghalangi kesuksesannya sendiri.


self sabotaging

Self sabotage adalah ketika seseorang terbiasa menghancurkan hidupnya sendiri.

Banyak orang beranggapan bahwa sabotase hanya bisa dilakukan oleh orang lain, tetapi sebenarnya, kita juga bisa melakukan sabotase terhadap diri sendiri. Fenomena ini adalah self sabotage.

Banyak orang sering kali tidak menyadari ketika mereka melakukan sabotase diri.

Apa itu Self Sabotage?

Perilaku self-sabotage merujuk pada tindakan yang sengaja melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu yang menghambat kemajuan dan menghalangi seseorang mencapai tujuannya. Sabotase diri terjadi ketika seseorang menghalangi kesuksesannya sendiri.

Saat Anda melakukan tindakan yang merusak ini, itu bisa sangat berbahaya dan berpotensi memberikan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk hubungan dan karier.

Faktor Seseorang Melakukan Self-Sabotage

Berdasarkan Very Well Mind, seringkali orang tidak menyadari bahwa mereka sering menghambat kemajuan mereka dengan berbagai alasan.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku destruktif ini, mulai dari pengalaman masalah pada masa kecil hingga pengaruh dari hubungan sebelumnya. Selain itu, alasan lainnya termasuk rendahnya rasa percaya diri dan masalah dalam pemahaman diri.

Baca Juga:  5 Manfaat Meminum Cokelat Panas

Serangan diri sering kali menjadi cara orang menghadapi situasi stres dan trauma masa lalu. Namun, ini justru membuat masalah semakin buruk dan membatasi kemampuan seseorang untuk berkembang dengan baik.

Seseorang yang melakukan sabotase pada pribadinya mungkin menyadari tindakannya. Contohnya, ketika dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ini terlihat oleh orang lain bahwa dia tidak mampu bekerja dengan cepat. Namun sebenarnya, dia takut mengalami kegagalan.

Seseorang itu menghancurkan pribadinya dengan tidak mematuhi penjadwalan tenggat waktu, sehingga dia tidak berhasil mencapai targetnya untuk mendapatkan promosi di perusahaan.

1. Masa Kecil yang Sulit

Pengalaman tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak memberikan dukungan dapat menyebabkan kita melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri. Jika orang tua kita selalu berkata bahwa kita tidak akan pernah mencapai kesuksesan atau menjadi orang yang berarti, hal tersebut dapat membuat kita menjadi pesimis dan seringkali gagal dalam meraih apa yang kita inginkan.

2. Rendah Diri

Orang yang memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri dan merasa rendah diri sangat mudah terjebak dalam perilaku yang merusak diri sendiri. Mereka cenderung bertindak sesuai dengan keyakinan negatif tentang diri mereka. Jadi, ketika mereka hampir mencapai kesuksesan, mereka merasa tidak nyaman. Terkadang, mereka bahkan mengulangi dalam pikiran mereka bahwa mereka akan gagal sepanjang hidup mereka. Perilaku merusak diri ini membantu memastikan bahwa ramalan tersebut menjadi kenyataan.

Baca Juga:  5 Jenis Kentut yang Bisa Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

3. Disonansi Kognitif

Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan mental yang dirasakan oleh seseorang ketika mereka menghadapi dua hal yang bertentangan secara bersamaan. Seseorang yang mengalami disonansi kognitif akan berusaha melawan ketidaknyamanan tersebut.

Contohnya, jika Anda menikah dengan pasangan yang luar biasa, namun berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Situasi ini dapat menyebabkan trauma dan mungkin membuat Anda tidak memiliki keyakinan pada pernikahan yang sehat dan penuh kasih sayang.

102 Self Sabotage
Self Sabotage: Mengapa Manusia Seringkali ‘Merusak’ Hidup Sendiri? 10

Para ahli kesehatan mental telah mengenali beberapa contoh umum bagaimana seseorang bisa melakukan sabotase terhadap diri sendiri.

1. Sering Menunda-nunda

Salah satunya adalah dengan sering menunda-nunda. Menunda-nunda adalah cara seseorang untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka tidak pernah siap dan terus menunda pencapaian yang baik. Hal ini biasanya terjadi karena ketakutan akan kekecewaan orang lain, kegagalan, atau bahkan kesuksesan yang bisa mereka dapatkan.

2. Orang-orang yang Perfeksionis

Meskipun terlihat sebagai strategi yang baik untuk mencapai segala sesuatu dengan sempurna tanpa ada hambatan, sikap perfeksionis justru dapat menghalangi kesuksesan. Ketika ada kesalahan yang terjadi, yang pasti akan terjadi, orang-orang yang perfeksionis cenderung mengalami kegagalan. Akibatnya, mereka merasa malu dan menjadi rentan terhadap depresi. Mereka merasa bahwa mereka telah mengecewakan semua orang.