Sebagian besar dari kita, pasti masih mengira bahwa Fir’aun itu merupakan Raja yang jahat, otoriter, suka menindas, dan kejam. Setidaknya ada 2 kandidat nama Fir’aun yang mungkin hidup pada zaman Nabi Musa. Sebenarnya, Fir’aun yang memiliki hal-hal buruk tadi, mungkin hanya sedikit dari ratusan Fir’aun yang memimpin Mesir.
Loh kok ratusan? Bukankah Fir’aun itu hanya ada satu?
Siapa Fir’aun pada Zaman Nabi Musa?
Mesir Hulu dan Mesir Hilir
Yup, Fir’aun itu berjumlah ratusan, dan Mesir sendiri memiliki sekitar 33 periode masa Pemerintahan di bawah kekuasaan “Fir’aun”. Fir’aun yang pertama bernama Teyew, ia berkuasa pada masa Dinasti awal: Mesir Hilir. Dahulu, Mesir terbagi menjadi dua, yaitu Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
Fir’aun pertama dari Dinasti awal: Mesir Hulu bernama Serket I, lalu Raja Menes dari Thebes menyatukan Mesir Hilir dengan Mesir Hulu, masa inilah yang disebut Dinasti pertama sejak bergabungnya masyarakat dari kedua Mesir kuno tersebut menjadi satu.
Selama berabad-abad Fir’aun silih berganti, dan Ptolemeus XV menjadi Fir’aun terakhir di masa Dinasti Ptolemeus. Ia merupakan anak dari Cleopatra VII dengan Julius Caesar, meskipun Julius Caesar tidak mengakuinya. Dan ia disebut juga dengan Caesar kecil.
Arti Fir’aun
Fir’aun merupakan julukan bagi Raja atau Pemimpin pada masa Mesir Kuno. Bisa dibilang Fir’aun adalah Raja dalam bahasa Mesir.
Nah, sesuai judul pada artikel kali ini, kita akan membahas para kandidat Fir’aun yang mungkin hidup pada zaman Nabi Musa, dan yang terkenal dengan kisahnya yang tenggelam di Laut Merah bersama pasukannya ketika akan mengejar Nabi Musa bersama pengikutnya.
Lalu, siapakah para kandidat Fir’aun yang mungkin hidup di Zaman Nabi Musa, dan tenggelam di Laut Merah tersebut?
Baca Juga:
Ramesses II (1279 SM – 1213 SM)
Ia disebut juga Ozymandias atau Ramses yang Agung. Ia merupakan Fir’aun ketiga yang berasal dari dinasti ke 19. Ramses II merupakan anak dari Seti I dengan Ratu Tuya.
Ramses II dikenal sebagai Fir’aun terbesar dan terkuat dalam sejarah Mesir Kuno. Selama ia memimpin, ia telah melakukan ekspidi ke Israel, Suriah dan Lebanon, ia juga memimpin eskpedisi ke Nubia. Ketika ia melakukan invasi ke daerah Suriah, ia melawan Pangeran dari Canaanite dan berhasil menahannya.
Selama 66 tahun ia memerintah Mesir, ia banyak melakukan pembangunan Monumen dan bangunan-bangunan besar yang bahkan hingga kini masih bisa dilihat peninggalannya.
Ia melatih banyak pasukan penyerang untuk dijadikan prajurit kerajaannya, dalam bidang Pertahanan, ia memang melakukan penekanan sehingga menciptakan pasukan yang hebat. Ramses II juga memperbanyak budak untuk mengembangkan pertanian di masa itu.
Menephthah (1213 SM-1203 SM)
Setelah Ramses II selesai memerintah Mesir, kekuasaanya digantikan oleh anaknya Mernepthah. Selama Mesir di bawah kekausaan Ramses II, Mernepthah menjadi Panglima Pasukan. Ada beberapa yang menyebutkan bahwa ia sebaya dengan Musa, dan menjadi saudara tiri dari Musa.
Ia merupakan pemimpin ke-4 dari Dinasti ke-19. Ia memimpin Mesir selama 10 tahun. Tak banyak yang dapat dikupas dari catatan Sejarah seorang Mernemptah, namun menurut Merneptah Steele atau yang dikenal sebagai Prasasti Mernepthah, ia pernah melakukan kampanye terhadap Libya.
Mungkin saja, ini dilakukan lantaran Libya sebelumnya telah jatuh kepada kekuasaan Ramses II, ayahnya. Prasasti kuno ini ditemukan Flinders Petie pada tahun 1896 di Thebes.
Penemuan Mumi Fir’aun
Selama ini sebagian besar pendapat bahwa Ramses II lah yang tenggelam pada masa itu, karena menurut catatan sejarah, ia merupakan Fir’aun yang kuat dan memiliki pasukan yang besar, bukan tidak mungkin terdapat spekulasi bahwa Fir’aun Ramses II adalah Fir’aun yang kejam dan menentang Musa dan pengikutnya.
Meskipun memang ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Ramses II membuat suatu tradisi, jika seorang Raja memerintah lebih dari 30 tahun, maka ia harus disebut Tuhan atau Dewa. Dan juga ada yang menyebutkan bahwa ternyata Ramses II merupakan Raja yang baik dan ia merupakan ayah tiri dari Musa.
Lalu, sampai akhirnya Maurice Bucaille melakukan penelitian terhadap mumi Mernepthah yang pernah ditemukan oleh Loret di Thebes pada tahun 1898. Maurice dan timnya berhasil menemukan penyebab keamtian Fir’aun Mernepthah.
Ia mengambil sempel organ mumi tersebut, dengan bantuan Prof Michfl Durigon, ia memeriksa detail dengan menggunakan mikroskop di Laboratorium Satelit di Paris, Perancis.
Ia menuturkan, bahwa jasad tersebut masih dalam kondisi terpelihara sempurna dan terdapat sisa-sisa mineral garam yang berasal dari laut. Ketika jasad Mernepthah terdampar, kemudian langsung diawetkan menggunakan balsem sesuai tradisi Mesir Kuno saat itu.
Kemudian sang Profesor merilis laporannya berjudul Les momies des Pharaons et la midecine (Mumi Fir’aun: Sebuah Penelitian medis Modern).
Karena penelitian ini, maka spekulasi siapa Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah pun memiliki teori lain, yaitu dia Mernepthah lah yang saat itu mati digulung ombak saat mengejar Musa bersama dengan pengikutnya.
Meskipun, ada beberapa yang masih beranggapan bahwa Ramses II lah yang sebenarnya mati tenggelam dan menentang Musa dengan pengikutnya.
Hanya Tuhan yang tahu.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.