Ainul Hayat, Mata Air Keabadian yang Dijaga oleh Nabi Khidir?

Ilustrasi Ainul Hayat
Ilustrasi Ainul Hayat

Beberapa hikayat menyebutkan, Ainul Hayat atau air keabadian berasal dari salah satu dari beberapa tetesan air yang Tuhan turunkan dari surga ke dunia.

Kisah mengenai mata air ini menurut sebuah hikayat terjadi pada masa Raja Zulkarnain dan Nabi Khidir.

Yang menemukannya akan menyesal, yang tidak menemukannya akan lebih menyesal

Air ini memberikan rahasia kehidupan bagi peminumnya. Konon, siapa yang meminum air ini, akan hidup kekal hingga hari kiamat kecuali dia memohon kematian pada Tuhan.

Raja Zulkarnain dan Ainul Hayat

Dahulu, Raja Zulkarnain diturunkan Malaikat bernama Rifa’il oleh Tuhan, untuk mendampinginya. Zulkarnain menanyakan kepada Rifa’il, bagaimana cara agar ia bisa beribadah terus menerus kepada Tuhan. Lalu, Rifa’il menceritakan tentang air mata kehidupan atau ainul hayat kepada Dzulkarnain.

Zulkarnain kemudian mengumpulkan pasukan untuk mencari air keabadian itu, selain itu ia juga mengumpulkan para alim ulama untuk mendiskusikan mengenai ainul hayat tersebut. Salah seorang ulama menjawab, “Sesungguhnya aku pernah membaca didalam wasiatnya Nabi Adam as, beliau berkata bahwa sesungguhnya Tuhan meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap.”.

“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya Raja Zulkarnain.

Alim Ulama itu pun menjawab, “yaitu di tempat keluarnya matahari.”

Lalu, Zulkarnain membawa 6000 tentara terpilih yang cendekiawan dan ahli mencambuk. Salah satu di antara tentara tersebut ialah Nabi Khidir, yang saat itu ia menjabat sebagai Perdana Menteri. Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah, bahwa Nabi Khidir adalah anak dari bibi Raja Zulkarnain.

Nabi Khidir mempimpin pasukan besar itu, setelah menempuh perjalanan jauh mereka menyadari dalam perjalanan bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat. Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bahkan seperti gelapnya waktu malam.

Saat sampai pada tempat yang diberitahukan oleh Rifa’il, Zulkarnain menyuruh Nabi Khidir untuk masuk terlebih dahulu dan mencari air kehidupan itu. Sesampainya di dalam, Nabi Khidir mendapatkan wahyu dari Tuhan atas keberadaan air kehidupan tersebut.

Pada akhirnya, Nabi Khidir lah yang meminumnya. Ketika Zulkarnain dan pasukan menyusul ke dalam, mereka tidak menemukan air kehidupan itu. Nabi Khidir lah yang diridhoi oleh Tuhan untuk meminum sang ainul hayat.

Fountain of Youth

Ponce Herrera Historiageneral 56a58ad13df78cf77288bae4
ToughtCo

Kemudian pada saat Spanyol dipimpin oleh raja Ferdinand, sampailah kabar air kehidupan ini di telinganya. Raja Ferdinand mengerahkan beberapa orangnya untuk mencari mata air yang melegenda ini.

Salah satu dari orang-orang suruhan raja tersebut adalah Ponce de Leon. Ia mencari sebuah mata air yang dapat membuat para orang tua menjadi remaja.

Pencariannya dimulai dari pulau Bahama hingga mencapai berbagai tempat di “dunia baru”. Sayangnya, hingga akhir hayatnya Ponce de Leon tidak pernah menemukan keberadaan mata air legendaris tersebut.

Diketahui bahwa Ponce de Leon mati karena panah dari para suku Indian. Oleh Ponce de Leon mata air keabadian ini disebut Fountain of Youth.

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks