Akhir tahun lalu sebuah organisasi bisnis media Jepang melakukan survei pada 100 orang masyarakat yang kerja di Jepang pada tahun pertama mereka dan diberikan pertanyaan, “Apa bagian tersulit dalam kehidupan kerja kalian?” Inilah beberapa tanggapan teratas survei.
Terlalu banyak ‘job desk’ yang harus dikerjakan
“Saya bekerja di sebuah hotel, dan ini adalah pekerjaan yang sangat sibuk. Ada banyak hal yang harus dipelajari untuk pendatang baru, dan saya tidak bisa mengingat semuanya. ditambah lagi etiket hotel yang cukup ketat. Saya dimarahi banyak karena hal ini. Tidak seperti kehidupan hotel glamor yang kita lihat di sebuah acara TV, saya menyadari ini adalah kenyataan,” ujar pria yang bekerja di sebuah hotel Jepang.
“Aku bersyukur telah diajarkan banyak hal, tapi saat diberitahu ‘Lakukan ini, lakukan itu!’ sepanjang waktu. Rasanya aku akan meledak,” ujar perempuan yang bekerja di industri perjalanan.
Tidak ada banyak waktu istirahat dan libur
“Saya diberi tahu bahwa saya akan mendapatkan hari libur dua hari setiap minggu, tetapi pada akhirnya hanya seminggu sekali. Saya juga harus bekerja bahkan setelah waktu untuk kereta terakhir pulang,” ujar wanita yang bekerja di perusahaan percetakan.
“Seharusnya kami libur akhir pekan dan hari libur umum, tetapi ada kalanya kami harus bekerja hari itu karena lebih nyaman bagi pelanggan kami. Terkecuali yang tertulis dalam kontrak, di luar itu kapan pun saat kita ingin mengambil cuti berbayar, kalian akan ditanya ‘Mengapa?’ dan kita jadi harus berbohong dengan mengatakan sesuatu seperti ‘saya merasa tidak enak badan’. Ujung-ujungnya saya tidak pernah mengambil cuti berbayar,” ujar perempuan yang bekerja di asuransi jiwa.
Selalu kena marah oleh atasan dan rekan kerja
“Pada awalnya, saya dipuji, ‘Wow, kamu cepat belajar ya!’ atau ‘Kamu benar-benar bekerja keras’. Tapi kemudian saya mulai diberikan lebih banyak pekerjaan, dan sulit untuk mengikutinya. Sekarang saya ditegur setiap hari. Akhirnya saya bertanya kepada atasan saya apakah dia bisa mengurangi tugas kerja saya, dan dia marah lagi kepada saya, ‘Masih banyak hal yang harus saya lakukan, kamu pasti bisa melakukannya.’ Aku hampir mencapai batasku.” ujar seorang pria akuntan medis.
“Saya tidak bekerja pada level yang sama dengan pekerja lain ketika mereka berada di tahun pertama mereka. Saya sering dimarahi di depan orang lain. Saat ini saya bekerja di bank, sehingga pelanggan bisa melihat banyak hal yang terjadi. Jika saya dimarahi, saya akan mulai menangis, yang kemudian membuat atasan saya berteriak ‘Kamu adalah anggota masyarakat kerja sekarang. Jangan menangis di sini! (dilihat banyak orang) Saya hanya bisa berlari ke belakang dan menangis,” ujar wanita yang bekerja di bank lokal.