Indonesia memiliki banyak srikandi-srikandi hebat. Mereka mampu bersinar dalam karier atau pekerjaannya dan mampu menginspirasi wanita lain tentunya. Sebut saja Najwa Shihab, Merry Riana, Agnez Mo, Anggun, Dian Pelangi dan masih banyak wanita-wanita hebat lain yang di miliki Indonesia. Bukan hanya itu, dalam birokrasi dan politik pun wanita cukup mendapat sorotan, yang paling dikenal adalah walikota Surabaya, bu Risma. Pada jajaran kabinet pun ada srikandi-srikandi hebat, seperti Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, Retno Marsudi dan Rini Soemarno. Mereka bukan hanya dikenal seantero negri, tapi dunia internasional juga.
Wanita-wanita diatas adalah bukti, bahwa Indonesia memiliki banyak wanita hebat. Wanita yang mampu menghancurkan sekat-sekat gender. Wanita yang merobohkan anggapan bahwa wanita itu cukup mengurus dapur-sumur-kasur. Mereka adalah inspirasi sekaligus harapan bagi wanita-wanita muda Indonesia. Kita semua tentu berharap akan ada lebih banyak lagi srikandi-srikandi Indonesia yang muncul ke permukaan.
Diskriminasi terhadap kaum hawa
Namun sayang, wanita yang berpotensi menjadi hebat ataupun melahirkan orang hebat. Malah mendapat perlakuan diskriminatif, wanita dianiaya, wanita diperkosa, wanita dilecehkan dan lain sebagainya. Lebih sedih rasanya jika hal tadi menimpa wanita dibawah umur. Infografis berikut di himpun dari catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2018.
Diatas adalah kasus sepanjang 2017 dan data tersebut hanya kasus yang dilaporkan pada lembaga layanan terhadap perempuan korban kekerasan baik yang dikelola oleh negara maupun inisiatif dari masyarakat. Termasuk juga di dalamnya adalah lembaga penegak hukum. Masih banyak korban kekerasan ataupun pelecehan seksual yang tidak berani untuk melaporkan tindakan yang ia terima.
Stigma masyarakat yang justru buruk terhadap korban
Istri yang enggan melaporkan suami, anak yang tak mau melaporkan bapaknya. Dengan alasan tak mau keluarganya jadi berantakan. Wanita korban pelecehan pun banyak yang tak mau melapor karena kurangnya bukti, rumitnya prosedur yang harus dijalani, serta karena malu bila hal yang terjadi padanya itu diketahui khalayak. Ini tentu saja memprihatinkan. Stigma masyarakat terhadap korban pelecehan cenderung masih negatif. Masih banyak masyarakat yang berpikir “suruh siapa cewek keluyuran sendiri malem-malem” atau “salah siapa pake baju yang terbuka”.
Padahal, kejahatan adalah kejahatan, korban adalah korban, mereka butuh di support, mereka butuh di rangkul. Tidak seharusnya korban di beri komentar negatif yang menyalahkannya. Semoga kedepannya, para wanita korban kekerasan ini lebih di permudah dalam prosedur melaporkan kejahatan yang ia alami dan semoga masyarakat lebih bijak dalam menyikapi kasus pelecehan seksual ini. Wanita Indonesia harus punya kesempatan, wanita Indonesia bisa hebat dan melahirkan orang-orang hebat.