Semakin Menyusut, Hanya Tersisa 23 Persen Alam Liar Di Bumi

Capture

Eksplorasi dan aktivitas manusia telah mengubah dunia alami. Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dipimpin oleh University of Queensland mengungkapkan jika wilayah alam liar yang belum tersentuh di Bumi semakin menyusut.

Image result for ilustrasi manusia menebang pohon
Sc: liputan6.com

Tim internasional baru-baru ini melakukan pemetaan sisa alam liar di dunia, dan Profesor James Watson, salah satu peneliti dari University of Queensland School of Earth and Environmental Sciences, berkata bahwa dia khawatir dengan hasilnya. penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hanya 23 persen dari daratan di planet ini yang relatif tidak tersentuh manusia. 

Sedangkan, lautan berada dalam keadaan yang lebih mengerikan, penelitian tersebut menemukan bahwa hanya 13 persen dari lautan yang dapat diklasifikasikan sebagai laut alami. Sisanya telah diubah oleh stresor antropogenik, seperti industri memancing, polusi, dan pelayaran.

Temuan ini lalu diterbitkan di Jurnal Nature

Ekspresi sedih Koala yang kehilangan rumahnya rata dengan tanah min

Kriteria pada penelitian tersebut fokus pada lingkungan binaan, tanaman dan padang rumput, kepadatan penduduk, lampu pada malam hari, jalan raya, kereta api, dan jaluran air yang dapat dilalui, dan skala rincian yang ditemukan menggunakan kriteria tersebut. 

“Hasil ini tidak lebih dari cerita horor untuk alam-alam liar terakhir di planet ini. Hilangnya hutan belantara harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti kita memperlakukan kepunahan. Tidak ada jalan balik jika kita masih mengabaikan ini, Keputusan kita berlaku selamanya. ” Kata profesor James Watson.

Related image
Sc: kelenakota.suarasurabaya.net

“Satu abad yang lalu, hanya 15 persen permukaan bumi yang digunakan oleh manusia untuk bercocok tanam dan memelihara ternak, Sementara hari ini, lebih dari 77 persen daratan, tidak termasuk Antartika, dan 87 persen lautan tidak luput dari aktivitas manusia” tambahnya.

Ini memang sulit dipercaya, tetapi antara tahun 1993 sampai 2009, wilayah alam liar yang lebih besar dari India atau sekitar 3,3 juta kilometer persegi hilang karena digunakan untuk pemukiman, pertanian, pertambangan dan lain-lain.

Image result for save forest
Sc: twitter ” @oldforrest “

Lalu, satu-satunya lautan yang bebas dari penangkapan industri serta polusi hanya terbatas pada wilayah kutub saja.

Bagaimana Peneliti Mendapat Kesimpulan Ini?

Dalam proses penelitian,para peneliti membuat peta global komprehensif dari terrestrial yang tersisa di bumi dan area laut yang masih alami. Data yang digunakan di peta terestrial dikumpulkan pada tahun 2009, dan mencakup informasi pada delapan indikator tekanan manusia terhadap lingkungan, termasuk kepadatan penduduk, infrastruktur transportasi, dan apakah lahan tersebut digunakan untuk menanam tanaman.

Sedangkan informasi yang digunakan untuk mengkompilasi peta laut dikumpulkan pada tahun 2013, dan mencakup data memancing, pengiriman industri, dan 14 indikator dampak manusia lainnya terhadap lingkungan.

Untuk tujuan penelitian, luas tanah dianggap alam liar jika mencakup 10.000 km^2, dan berdasarkan indikatornya, relatif bebas dari tekanan manusia. Walauoun begitu, ini tidak berarti bahwa daerah tersebut tidak dihuni oleh manusia. Ada jutaan orang-orang adat yang hidup di alam liar yang mereka sebut sebagai rumah mereka dan bergantung pada hal itu untuk menjaga jalan hidup mereka.

Image result for save forest
Sc: antonantonio.blogspot.com

Para peneliti menemukan bahwa 77 persen daratan bumi, dan 87 persen dari lautan tersebut telah dimodifikasi oleh efek langsung aktivitas manusia. Hanya 23 persen daratan di dunia dan 13 persen lautan yang masih belum tersentuh manusia.

Dampak Akibat Hilangnya Alam Liar Di Dunia

Salah satu dampak utama akibat hal ini adalah habitat untuk satwa liar yang menurun pada tingkat yang menakjubkan. Sebuah laporan yang dirilis beberapa waktu lalu oleh organisasi  World Wildlife Fund (WWF) menemukan bahwa populasi mamalia, burung, ikan, reptil dan amfibi telah menurun pada tingkat 60 persen rata-rata sejak tahun 1970, sebuah fenomena akibat kerugian habitat. Ini tidak hanya buruk bagi hewan, “. Ada koneksi antara kehilangan lingkungan alam dan kesehatan manusia,”

Berbicara tentang perubahan iklim, alam liar adalah perisai terbesar untuk melindungi berbagai fenomena alam. Seperti Hutan tropis dan boreal adalah penyaring karbon: Mereka menyerap hingga 40 persen karbon dioksida yang kita keluarkan ke atmosfer, sehingga mencegahnya menyebabkan pemanasan cepat planet. Pengembangan manusia di hutan ini tidak hanya membatasi kemampuan mereka untuk memberikan fungsi kritis ini; Ini menciptakan lebih banyak emisi karbon dengan mengganti pohon dengan operasi pertanian dan penebangan yang berminulasi tinggi.

Kerugian akibat hilangnya alam liar ini bukan hanya bagi menurunnya keanekaragaman hayati dan masalah iklim. Tapi juga bagi jutaan orang adat yang bergantung pada alam liar sebagai rumah mereka dan sebagai cara mempertahankan koneksi bio-budaya mereka ke tanah dan laut. Kerugian mereka telah mengikis banyak budaya di seluruh dunia.

Tindakan apa yang bisa diambil untuk melindungi Alam Liar Ini?

Masih ada kesempatan untuk melindungi alam liar, hanya 20 negara yang memiliki 94 persen daerah alam liar dan laut alami (tidak termasuk Antartika dan Laut Tinggi), dengan lima negara yang menguasai alam liar terbesar (Rusia, Kanada, Australia, Amerika Serikat dan Brasil) sebanyak 70 persen. Negara-negara ini memiliki peran yang sangat besar bagi upaya perlindungan alam liar ini.

20 Negara 

Peneliti lain yang terlibat, James R Allan, ikut menambahkan jika alam liar yang tersisa di dunia hanya bisa dilindungi melalui kebijakan internasional.

“Beberapa kawasan alam liar dilindungi oleh undang-undang nasional, tetapi di sebagian besar negara, area ini tidak didefinisikan secara formal, dipetakan atau dilindungi,” kata Allan.

Watson juga meminta agar lima negara yang kini menguasai kawasan liar terbesar di Bumi itu untuk bertanggung jawab dan menunjukkan kepemimpinan dengan menghasilkan undang-undang yang melindungi alam, misalnya dengan memberikan insentif bagi perusahaan yang berani tak masuk ke kawasan liar

Selain itu juga tidak ada yang bisa menjamin sebuah bangsa, industri, atau masyarakat untuk memperhitungkan konservasi jangka panjang.

“Untuk itu kami membutuhkan segera kebijakan global untuk pelestarian keanekaragaman hayati, untuk menghindari perubahan iklim yang berbahaya dan mencapai pembangunan berkelanjutan,” tambah Allan.

Salah satu intervensi jelas yang dapat diprioritaskan oleh negara-negara ini adalah membangun kawasan lindung dengan cara-cara yang akan memperlambat dampak kegiatan industri pada lanskap atau laut yang lebih besar.

“Kita telah kehilangan begitu banyak alam liar, jadi kita harus menangkap peluang ini untuk mengamankan alam liar yang tersisa sebelum menghilang selamanya.” 

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks