Sharbat Gula adalah seorang wanita Afganistan beretnis Pashtun.
Ia terpaksa meninggalkan rumahnya di Afganistan selama Perang Soviet-Afganistan, dan tinggal di kemah pengungsi di Pakistan dimana ia difoto oleh jurnalis Steve McCurry.
Potret Sharbat Gula dengan mata hijau laut nan tajam menjadikannya symbol pengungsi internasional.
Perang Soviet-Afghanistan sangat mematikan, di mana hampir tiga juta orang Afghanistan mencari perlindungan dari tahun 1979 atas invasi Uni Soviet.
Sharbat Gula berusia 13 tahun pada saat itu, pemotretan tersebut terjadi di lokasi Camp Nasir Bagh, Pakistan, yang berada dekat dengan perbatasan Afghanistan.
Fotonya menjadi sangat terkenal, karena dimuat di Majalah National Geographic pada edisi juni 1985.
Sorot matanya tajam, bagai mengisahkan penderitaan anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam suasana peperangan, yang penuh akan penderitaan, ketakutan dan kelaparan.
Sorot mata Sharbat mewakili jeritan perlawanan anak-anak Afghanistan yang meminta jaminan hari depan bagi mereka.
Steve McCurry sendiri ditugaskan di Afghanistan untuk meng-cover Perang Afghanistan. Steve McCurry mendapatkan kesempatan memotret gadis Sharbat itu, ketika ia berada di sekolah yang memberikan pendidikan bagi anak-anak kaum pengungsi.
Sharbat dikisahkan sampai ke Camp itu setelah rombongan mereka mendaki gunung demi meninggalkan desa mereka yang telah disapu bersih oleh serangan senjata mesin dari helikopter-helikopter Uni Sovyet.
Orang tua Sharbat gugur bersama sejumlah kerabat dan orang-orang desanya. Ia melanjutkan pengungsian bersama neneknya , sampailah mereka di Nasir Bagh Camp.
Mereka mengisahkan ketakutan yang mereka alami dan berusaha mencari ketentraman untuk kehidupan mereka kedepannya. Mata dan wajahnya berhasil menarik simpati dunia.
Setelah agresi Uni Sovyet berakhir, penderitaan rakyat dan anak-anak Afghanistan ternyata tidak berakhir, malah kini makin meluas karena adanya pertempuran antara Taliban dan para Mujahidin, kali ini melawan Amerika Serikat dan Sekutu Eropa Barat-nya, ditambah tentara Pakistan dan Afghanistan. Perang Saudara ditambah mesin-mesin perang yang mematikan dari para tentara asing tersebut.
Anak-anak Aghanistan, dan kini anak-anak Pakistan pun menderita dalam ketakutan, lapar dan suramnya hari esok.
Galeri Foto
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.