Nusa Tenggara Timur adalah bagian dari garis Wallace, maka tak heran pulau ini kaya akan flora dan fauna yang bersifat endemik. Salah satunya adalah burung Kancilan flores.
Burung Kancilan flores ( Pashycepala Nudigula ) ini hanya berkembang biak di hutan alami Nusa Tenggara Timur. Burung yang hidup di dalam hutan pegunungan bertajuk rapat ini mempunyai suara menggelar dan sangat sulit ditemukan.

Burung kancilan memiliki ukuran sedang (19-19,5 cm). Kepala dan leher berwarna hitam, dengan tenggorokan botak berwarna merah. Tubuh bagian bawah kuning-zaitun. Ciri utama dalam membedakan gender burung kancilan yaitu burung betina bermahkota warna abu-abu dengan tenggorakan abu-abu. Burung ini mempunya dua ras, satu ras P. N. Ilsa (Sumbawa), dan P. N. Nudigula (Flores).

Penjaga Arwah
Bagi masyarakat Gunung Kelimutu, Suku Lio. Burung ini memiliki nilai kearifan budaya, meraka percaya, burung ini hanya menampakan diri saat acara tertentu, seperti upacara adat. Burung ini juga dipercaya sebagai burung penjaga arwah di gunung Kelimutu, ini karena suara yang lantang namun jarang menampakan diri. “Garugiwa” adalah penyematan nama dari Suku Lio untuk burung yang mempunyai kearifan budaya ini.

Popularitas
Burung Kancilan sangat digandrungi oleh para penghobi kicauan burung. Sebagian besar para penghobi kicau burung menyebut burung ini dengan istilah Samyong, atau burung 1001 suara, ini karena sangat variatifnya kicauan burung kancilan flores ini. Di pulau jawa, nilai jual burung ini sangatlah tinggi, berada di kisaran 1-jutaan, namun itu akan membuat hilangnya harga nilai kearifan budaya pada burung satu ini.
Konservasi
Semakin hari penggemar burung ‘garugiwa’ ini makin bertambah banyak dan nilai jualnya pun semakin tinggi. Namun, untuk mendapatkannya, banyak sekali resiko yang harus siap diterima. Mulia dari medan yang terjal untuk menangkapnya, dan sulitnya menemukan burung ini karena selalu bersembunyi, hingga resiko kematian setelah mendapatkannya.
Selain itu, juga ada resiko hilangnya kekayaan kearifan budaya Indonesia khususnya daerah Nusa Tenggara Timur. Menurut masyarakat Ende, burung ini sekarang hanya dapat ditemui di kawasan hutan gunung Kelimutu. Menurut status konservasi, PP No 7/1999 dan UU no 5/1990 burung ini dalam status tidak dilindungi. Meski begitu, pemerintah diharapkan cepat mengambil tindakan dengan menaikan status konservasi burung dengan kearifan budaya ini menjadi dilindungi.
Salam Indonesiaku.
Sumber
Kutilang Indonesia
Burungnesia
GALEATUS (Grup Facebook)