15 Perempuan Muslim dalam Berbagai Bidang Perjuangan

Fatimah Al Fihri
Fatimah Al Fihri

15 perempuan Muslim yang berperan dalam berbagai bidang perjuangan.

Daftar di bawah ini menyoroti kontribusi perempuan Muslim dari masa pertengahan hingga awal abad ke-20. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pentingnya peran perempuan dalam dunia Muslim sebagai intelektual, penyair, mistikus, penguasa, dan pejuang.

15 perempuan Muslim yang berperan dalam berbagai bidang perjuangan

perempuan muslim
Nyai Walidah, Salah Satu Perempuan Muslim Berpengaruh

1. Khadijah binti Khuwailid (w. 620)

Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah adalah seorang tokoh yang penting dalam dirinya sendiri. Ia adalah seorang saudagar sukses dan termasuk dalam kalangan elit di Mekah.

Khadijah memiliki peran yang sentral dalam mendukung dan menyebarkan keyakinan Islam. Fatimah al-Zahra’, putri dari Nabi Muhammad dan Khadijah, juga merupakan salah satu tokoh perempuan penting dalam awal perkembangan Islam.

Melalui keturunannya, terutama kedua putranya, al-Hasan dan al-Husain, garis keturunan Nabi Muhammad tetap terjaga. Kedua perempuan ini sangat dihormati dalam sejarah Islam.

2. Fatimah al-Zahra’ binti Muhammad

Fatimah, putri Nabi Muhammad dan istri pertama Khadijah binti Khuwaylid, memiliki peran yang signifikan dalam komunitas Muslim awal di Mekah dan Madinah. Bersama keluarganya, mereka mengalami penganiayaan yang keras dari kaum Quraisy di Mekah sebelum akhirnya pindah ke Madinah pada tahun 622.

Selama hidup Nabi, Fatimah terlibat secara aktif dalam semua peristiwa penting dalam pendirian agama Islam. Setelah tiba di Madinah, Fatimah menikah dengan ‘Ali bin Abi Thalib.

3. Nusaiba binti Ka’ab al-Anshariyyah (w. 634)

Nusayba, atau lebih dikenal sebagai Umm ‘Ammara, merupakan anggota suku Bani Najjar dan termasuk salah satu dari orang-orang pertama yang memeluk Islam di Madinah.

Sebagai Sahabat Nabi Muhammad, dia memiliki banyak keutamaan yang dihubungkan dengannya. Salah satu momen yang paling diingat tentang keberanian wanita ini adalah saat dia berpartisipasi dalam Pertempuran Uhud pada tahun 625, di mana dia membawa pedang dan perisai serta bertempur melawan musuh kafir dari Mekah.

Selama pertempuran, dia mengalami beberapa luka akibat tombak dan panah yang mengenainya. Setelah menderita luka yang kedua belas, dia akhirnya pingsan, dan ketika dia bangun (sehari setelah pertempuran) di Madinah, pertanyaan pertama yang dia ajukan adalah, “Apakah Nabi dalam keadaan selamat?”

Ini adalah bukti kesetiaan dan komitmen yang dia miliki terhadap agama Islam.

4. ‘Aisyah binti Abu Bakar (w. 678)

‘Aisyah adalah seorang istri Nabi Muhammad yang memiliki pengaruh besar di kalangan umat Muslim setelah beliau wafat. Dia memegang peran penting dalam menyampaikan ajaran Islam. ‘Aisyah juga merupakan salah satu perawi hadis utama dalam tradisi Sunni.

Dalam banyak hal, ‘Aisyah merupakan tokoh perempuan muslim yang sangat berpengaruh di awal perkembangan Islam, terutama karena tindakannya yang bertentangan dengan pandangan konservatif Islam terkait partisipasi perempuan di ruang publik.

5. Asma’ binti Abu Bakar (w. 692)

Asma’ adalah putri Abu Bakar dan kakak perempuan ‘Aisyah. Dia adalah salah satu dari mereka yang pertama kali masuk Islam di Mekah. Pada tahun 656, dia menikah dengan al-Zubair bin al-‘Awwam. Keturunan dari pasangan ini kelak akan menjadi tokoh politik dan intelektual terkemuka pada abad pertama Islam.

Asma’ dihormati sebagai salah satu Sahabat Nabi yang paling terpelajar dan banyak sumber menekankan tentang integritas, ketabahan, dan keberaniannya. Karena dia hidup pada masa awal Islam, dia mengalami banyak penganiayaan yang dialami oleh Muslim awal di Mekah dan dipaksa untuk pindah ke Madinah pada tahun 622.

Seperti perempuan Muslim lainnya, dia turut berpartisipasi dalam Pertempuran Yarmouk pada tahun 636 melawan Bizantium. Setelah Nabi meninggal, dia menjadi salah satu otoritas utama dalam ajaran Islam dan meriwayatkan banyak hadis. Salah satu putranya, ‘Urwah bin al-Zubair, menjadi salah satu ulama terkemuka, terutama dalam bidang hadis, dan wafat pada tahun 713.

6. Ummu al-Darda’ Hujaima binti Uyayy al-Sughra (w. 700)

Umm al-Darda’ adalah seorang tokoh Muslim terkemuka pada masa setelah Nabi. Dia adalah seorang perawi hadis, guru, dan ahli hukum yang sangat berpengaruh. Umm al-Darda’ juga merupakan seorang pakar Al-Qur’an, dia menghafalnya sejak usia muda.

Dia bertemu dengan dan meneruskan hadis-hadis dari ‘Aisyah binti Abu Bakar, Salman al-Faris, Abu Hurairah, dan para sahabat Nabi lainnya. Setelah tinggal di Madinah sepanjang hidupnya, dia kemudian pindah ke Damaskus.

Di sana, dia mengajar ratusan siswa di Masjid Agung, baik laki-laki maupun perempuan. Banyak dari siswanya kemudian menjadi ulama terkemuka, bahkan ada yang menjadi khalifah seperti ‘Abd al-Malik bin Marwan.

7. Rabi‘ah al-‘Adawiyyah (w. 801)

Rabi’ah, seorang tokoh Sufi yang sangat penting dalam tradisi Muslim, menghabiskan sebagian besar masa mudanya sebagai budak di Irak selatan sebelum akhirnya mendapatkan kebebasannya. Ia dianggap sebagai salah satu pendiri mazhab Sufi “Cinta Ilahi” yang menekankan cinta kepada Tuhan tanpa syarat, bukan karena takut akan hukuman di neraka atau demi mendapatkan imbalan di surga.

Dalam salah satu puisinya, ia mengungkapkan, “Ya Tuhan! Jika aku menyembah-Mu karena takut akan neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu dengan mengharapkan surga, keluarkanlah aku dari sana.”

8. Fatimah al Fihri (w. 880)

Fatimah adalah putri dari Mohammed Bnou Abdullah al-Fihri, seorang pedagang yang sukses dan tinggal di Fez, Maroko. Ketika Fatimah menerima warisan kekayaan ayahnya, ia menggunakan uang tersebut untuk mendirikan masjid dan lembaga pendidikan.

Dengan perlahan, pendirian ini berkembang menjadi Universitas al-Qarawiyyin atau Al-Karaouine (Universitas al-Qarawiyyin). Al-Qarawiyyin sekarang diakui sebagai universitas tertua yang masih beroperasi dan telah meluluskan beberapa tokoh penting dalam sejarah. Sejak tahun 861 hingga sekarang, di sana rutin diselenggarakan simposium dan debat.

9. Lubna dari Kordoba (w. 984)

Pada awalnya, Lubna adalah seorang budak perempuan yang berasal dari Spanyol. Namun, dia berhasil naik pangkat dan menjadi salah satu tokoh terkemuka di istana Umayyah di Cordoba.

Dia menduduki posisi sebagai sekretaris istana untuk khalifah ‘Abd al-Rahman III dan putranya, al-Hakam bin ‘Abd al-Rahman. Selain itu, Lubna juga memiliki keahlian dalam matematika dan memimpin perpustakaan kerajaan yang kaya dengan lebih dari 500.000 buku.

Ibn Bashkuwal, seorang cendekiawan terkenal dari Andalusia, mengungkapkan bahwa Lubna unggul dalam menulis, tata bahasa, dan puisi. Dia juga memiliki pengetahuan yang luas dalam matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak ada yang bisa menandingi kehebatannya di istana Umayyah.

10. Fatimah binti Muhammad bin Ahmad al-Samarqand (w. 1185)

Fatimah adalah putri dari Abu Manshur Muhammad bin Ahmad al-Samarqand, seorang ahli hukum Hanafi terkenal dari Asia Tengah yang menulis kitab Tuhfat al-Fuqaha’. Dia memiliki pengetahuan luas tentang Al-Qur’an, hadis, fikih, teologi, dan tata bahasa saat dia dewasa.

Fatimah memiliki kualifikasi untuk mengeluarkan fatwa dan diakui sebagai salah satu perempuan terpelajar pada abad ke-12. Pendapat hukumnya dihormati oleh banyak penguasa pada waktu itu. Dia menikah dengan ‘Ala’ al-Din Abu Bakr bin Mas‘ud al-Kasan, seorang ahli hukum Hanafi terkemuka dan penulis kompendium hukum berjudul Bada‘i al-Shana’i‘ fi Tartib al-Syara’i‘.

Setelah menikah, mereka berdua melakukan perjalanan di seluruh dunia Islam dan akhirnya menetap di Aleppo, di mana mereka memperoleh reputasi sebagai ulama terkemuka.

Baca Juga:

11. Zainab binti Ahmad (w. 1339)

Zainab adalah seorang cendekiawan Islam terkemuka pada abad ke-14. Dia termasuk dalam mazhab Hanbali dan tinggal di Damaskus. Zainab telah mendapatkan sejumlah sertifikasi dalam berbagai bidang, terutama hadis.

Pada awal abad keempat belas, dia mengajar berbagai kitab seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Al-Muwaththa’ karya Malik bin Anas, Syama’il dari al-Tirmidzi, dan Syarh Ma’ani al-Athar dari al-Tahawi.

Beberapa muridnya termasuk Ibn Batuta, seorang pengelana dari Afrika Utara (w. 1369), Taj al-Din al-Subki (w. 1355), al-Dhahabi (w. 1348), dan namanya juga disebutkan dalam tulisan Ibn Hajar al-Asqalani (w. 1448). Penting untuk dicatat bahwa Zainab hanyalah salah satu dari banyak perempuan ulama hadis yang ada selama periode abad pertengahan di dunia Muslim.

12. Sayyida al-Hurra (w. 1542)

Sayyida al-Hurra berasal dari Kerajaan Nasrid di Granada, namun dia terpaksa melarikan diri setelah Spanyol yang beragama Kristen menaklukkan Granada pada tahun 1492. Seperti banyak Muslim Andalusia, dia menetap di Maroko. Bersama suaminya, dia memerintah kota Tetouan di pantai utara. Setelah suaminya meninggal pada tahun 1515, dia menjadi satu-satunya penguasa kota tersebut.

Dia mengubah Tetouan menjadi basis operasi angkatan laut utama untuk melawan Spanyol dan Portugal sebagai balas dendam. Dia bersekutu dengan laksamana Hayreddin Barbarossa di Aljazair dan bersama-sama mereka memberikan pukulan serius kepada kekuatan kekaisaran Spanyol di Afrika Utara dan Mediterania Barat. Sayyida al-Hurra menghabiskan sisa hidupnya di laut dan terkenal sebagai “Ratu Bajak Laut”.

13. Malahayati dari Aceh (w. 1600)

Malahayati adalah seorang perempuan Muslim yang sangat penting dalam sejarah awal Asia Tenggara. Dia adalah seorang tokoh militer dan politik yang terkenal di Kesultanan Aceh pada abad ke-16.

Malahayati adalah seorang laksamana yang terkenal dan memimpin sebuah armada yang sebagian besar terdiri dari janda-janda perang Aceh.

Dalam sejarah Indonesia pasca-kolonial, Malahayati diingat sebagai seorang laksamana pahlawan yang menjadi pemimpin awal dalam melawan kolonialisme Belanda di Asia Tenggara.

Salah satu kemenangan paling penting yang diraih oleh Malahayati adalah kekalahan komandan angkatan laut Belanda, Cornelis de Houtman, pada tahun 1599.

14. Nana Asma’u (w. 1864)

Nana adalah anak perempuan dari Usman dan Fodio (w. 1232/1817), seorang tokoh hukum, pembaru, sufi, dan pendiri kekhalifahan Sokoto. Meskipun banyak orang berpikir bahwa popularitasnya hanya terkait dengan karier ayahnya, penting untuk mencatat bahwa Nana Asma’u juga merupakan seorang penyair, sejarawan, pendidik, dan sarjana agama yang berperan besar dalam politik, perkembangan budaya, dan intelektual di Afrika Barat selama hampir 50 tahun setelah ayahnya meninggal.

Dia adalah ahli hukum Maliki dan seorang sufi dari tarekat Qadir, yang mendedikasikan dirinya untuk pendidikan perempuan Muslim dan melanjutkan tradisi reformis ayahnya. Dia meyakini bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memperbaiki masyarakat.

15. Siti Walidah Dahlan (w. 1946)

Nyai Walidah adalah istri dari KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Bersama suaminya, Siti Walidah memainkan peran penting dalam mengatur organisasi kaum perempuan dan mendirikan Aisyiyah, perkumpulan perempuan terbesar di dunia.

Melalui Aisyiyah, berbagai sekolah putri, asrama, program keaksaraan, dan pendidikan Islam untuk perempuan berkembang pesat. Sampai sekarang, Aisyiyah memiliki ribuan lembaga pendidikan, puluhan rumah sakit, dan berbagai layanan sosial kemasyarakatan lainnya.

Sumber: Muhammadiyah

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks