Sejarahpedia – Melanjutkan ujaran dari Megawati, Jendral TNI Gatot Nurmantyo dalam bukunya yang berjudul Peran Pemuda Dalam Menghadapi Proxy War, menuliskan bahwa Proxy War adalah sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada kehancuran fatal.
Di indonesia sendiri, kasus Proxy War telah beberapa kali menghantam wajah Ibu Pertiwi. Bahkan hantaman tersebut jika dianalogikan dengan istilah pada gim Mobile Legends, maka Enemy Savage adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini. Hal ini bisa dilihat dari beberapa contoh kasus Proxy War yang dipaparkan Jendral Gatot dalam buku yang sama.
Mulai dari demonstrasi massa yang bersifat memaksa, peredaran Narkoba, sistem regulasi internasional yang merugikan, bentrokan antar kelompok hingga lepasnya Timor Leste dari pangkuan Ibu Pertiwi.
Membicarakan sebab akibat Proxy War dalam lepasnya Timor Leste dari pangkuan Ibu Pertiwi, maka nama Australia lah yang patut untuk diteriakkan. Sebab, ladang minyak yang berada di garis tengah laut Timor Leste dan Australia telah menunggu untuk dipanenkan menjadi uang bagi Australia.
Namun, ladang minyak yang telah ditaksir pemerintah Australia sejak tahun 1960-an ini merupakan wilayah kekuasaan Portugal. Bahkan, Portugal memberikan konsensi pengeboran minyak kepada perusahaan asal Amerika Serikat, Oceanic Exploration.
Pada tahun 1972, pemerintah Australia akhirnya berkesempatan memiliki ladang minyak di Laut Timor tersebut setelah penandatangan persetujuan garis batas laut antara Indonesia dan Australia tanpa mengikutsertakan Portugal.
Perjanjian ini tidak dibuat berdasarkan peraturan internasional tentang 'median line' dalam menentukan batas wilayah perairan suatu negara melainkan berdasarkan negoisasi antara kedua belah pihak. Tulis Jendral Gatot (hlm. 23)
Hasilnya, Indonesia kehilangan wilayah yang cukup luas. Namun, ternyata masih ada sebuah celah kosong tak bertuan yang berseberangan dengan Timor, yang akhirnya dikenal dengan celah timor.
Celah Timor tanpa diduga menyimpan minyak dan gas bumi dalam jumlah yang fantastis. Australia melalui perusahaan minyaknya, Australian Woodside, menemukan sebuah ladang minyak di laut Timor yang dikategorikan oleh para ahli geologi sebagai "Sumber Kelas Dunia" yang bernama Greater Sunrise.
Ladang minyak Sumber Kelas Dunia inilah yang akhirnya menjadi pemicu Proxy War antara Indonesia dan Timor Leste dengan munculnya gerakan separatis yang didalangi oleh Australia melalui isu HAM dengan alasan perlunya penentuan nasib sendiri untuk rakyat Timor Leste.
Sebelumnya, Indonesia dan Australia menyetujui pembentukan Zona Kerjasama di Celah Timor dengan pembagian 50/50 pada tahun 1989. Namun, Australia menginginkan pembagian yang lebih besar.
Tentunya pembagian yang lebih besar akan sangat mungkin didapatkan jika tidak ada campur tangan Indonesia di laut Timor.
Setelah seruan penentuan nasib sendiri untuk rakyat Timor Leste, Australia mengirim pasukannya ke Timor Leste atas dukungan dunia internasional hingga akhirnya Timor Leste berdiri sebagai sebuah negara.
Australia pun akhirnya memiliki partner baru dalam negosiasi pengolahan minyak di Celah Timor, yaitu Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), tanpa campur tangan Indonesia.
Perjanjian pengolahan minyak bersama antara Timor Leste dan Australia pun dibuat. Meskipun sempat tidak mendapatkan titik temu di antara keduanya, Australia akhirnya memiliki posisi tawar untuk pengolahan laut Timor yang lebih kuat di hadapan RDTL dibandingkan saat Timor Leste masih menjadi bagian Indonesia.
Dilansir dari detikfinance, Hingga kini, campur tangan Australia masih ada bahkan peranannya besar mengurus ladang minyak Sumber Kelas Dunia tersebut.
Perang modern ini merupakan ancaman bagi seluruh elemen bangsa." Ujar Megawati Soekarno Putri saat memberikan pembekalan mengenai Proxy War di hadapan ratusan calon perwira TNI, seperti yang dilansir dari CNN Indonesia.
[zombify_post]
Ngeri juga ya proxy war….