Beginilah Nasib Esia, Operator Seluler Yang Jaya Pada Zamannya

Esia

Masih ingatkah kalian dengan operator seluler yang jaya pada zamannya, Esia. Perusahaan yang didirikan pada September 2003 ini mengalami kemunduran setelah gagal mengikuti perkembangan zaman.

Nah, bagaimana zamannya pada tahun 2019 ini? Penasaran? Yuk simak lewat pembahasan di bawah ini.

Dari 1.901 Karyawan. Kini Esia Tinggal Menyisakan 10 Karyawan

Perusahaan yang merupakan anak perusahaan Bakrie Group ini mulai diambang kebangkrutan setelah sahamnya anjlok pada titik terendah yaitu Rp 50 per lembar pada tahun 2012 silam.

Perusaahan ini juga tercatat tidak bisa meraup laba sejak tahun 2010. Utang milik Esia pun melonjak dari Rp 7,16 triliun pada 2010 menjadi Rp 16,13 triliun pada tahun 2018. Ini memungkinkan utang perusahaan ini akan terus membengkak dan tentunya akan berdampak nilai ekuitas yang negatif.

Jika sebuah perusahaan mengalami nilai ekuitas negatif selama 3 tahun berturut-turut itu berarti sebuah perusahaan mengalami financial distress atau kesulitan keuangan. Menurut BTEL, esia sudah mengalami ekuitas negatif sejak tahun 2013 silam.

Selain itu, jumlah karyawan yang diperkerjakan Esia dari 1.901 karyawan pada 2010 menjadi 10 karyawan saja pada tahun 2010.

Namun, meskipun bisnisnya seakan sudah “hancur”. Uniknya, perusahaan ini tetap mau melantai di bursa saham. Padahal, dalam beberapa tahun belakangan saham perusahaan ini tidak menarik perhatian investor.

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks