LAPAN telah memastikan lokasi pembangunan Bandar Antariksa (Bandariksa) pertama Indonesia di pulau Biak, tepatnya di desa Soukobye, distrik Biak Utara, kabupaten Biak Numfor, Papua dalam Rapat Koordinasi Nasional LAPAN di Tangerang, Banten, 6-7 November 2019 kemarin.
Pembangunan bandariksa ini sangat penting karena LAPAN sedang mengembangkan roket sonda bertingkat dan memerlukan tempat peluncuran baru, mengingat tempat peluncuran roket sonda LAPAN sebelumnya yaitu Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN di Garut sudah padat penduduk. Selain itu, bandariksa Biak akan menjadi tempat peluncuran roket-roket orbital Indonesia di masa mendatang.
Kenapa Harus di Biak?
Alasan utama dipilihnya kabupaten Biak Numfor karena posisinya (0º55′-1º27′ Lintang Selatan) berada sangat dekat dengan khatulistiwa (Lintang 0°). Sehingga sangat cocok sebagai tempat untuk meluncurkan roket ke Orbit Geostasioner (GEO) yang berada tepat diatas khatulistiwa.
Membuat roket hanya perlu sedikit bermanuver untuk ke GEO sehingga bahan bakar yang digunakan juga lebih sedikit dibandingkan roket yang diluncurkan dari wilayah di lintang tinggi, artinya biaya peluncuran roket juga akan lebih murah.
Selain itu, lokasi bandariksa juga berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik yang cocok sebagai titik jatuhnya roket setelah diluncurkan.
LAPAN berencana membangun dua bandariksa disana, yaitu bandariksa skala kecil untuk peluncuran roket-roket kecil serta skala besar untuk peluncuran roket-roket besar.
Pembangunan Bandariksa Biak
Karena keterbatasan anggaran, LAPAN akan membangun bandariksa skala kecil terlebih dahulu. Pembiayaan berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha). Saat ini, LAPAN sudah memiliki 100 hektar lahan di Biak untuk pembangunan bandariksa skala kecil tersebut.
Tahun depan, LAPAN akan memulai kajian untuk menghasilkan perencanaan dan pembangunan bandariksa tersebut dan ditargetkan selesai dibangun pada tahun 2024 mendatang.
Sehingga bisa digunakan untuk melakukan uji terbang roket sonda bertingkat yang merupakan bagian dari pengembangan Roket Peluncur Satelit (RPS), roket orbital Indonesia. Sedangkan untuk bandariksa skala besar, akan dibangun dengan kerjasama internasional.
Pulau Biak nantinya akan terus dikembangkan menjadi Pulau Keantariksaan yang selain sebagai tempat peluncuran roket tetapi juga memiliki pabrik roket dan pabrik satelit.
Asisten Bidang Pemerintahan Setda Biak Numfor, Friets G. Senandi menyatakan Biak Numfor aman dari konflik, sehingga pembangunan bandariksa diprediksikan bakal lancar. Apalagi kabupaten ini telah dijadikan pangkalan militer wilayah Timur Indonesia.
Menuju 100 tahun Indonesia merdeka, Indonesia menargetkan pada saat itu, kita telah mampu meluncurkan satelit buatan sendiri dengan RPS dari bandariksa Biak.
Pembangunan bandariksa ini merupakan amanat dari Undang-undang No.21 tahun 2013 tentang keantariksaan dan Peraturan Presiden No.45 tahun 2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan 2016-2040.
Oleh Lezipadidia
Editor: Yogi Arfan