Mengapa orang bule pakai tisu untuk cebok atau membersihkan diri setelah buang air besar dari pada menggunakan air, simak alasan utamanya di artikel ini.
Dalam hal kebersihan toilet dan membersihkan diri setelah buang air, terdapat perpecahan antara dua kelompok: kelompok yang menggunakan air untuk membersihkan diri dan kelompok yang menggunakan tisu.
Biasanya, mayoritas pengguna air berasal dari negara-negara di Timur, sementara pengguna tisu lebih umum di masyarakat Barat.
Baca Juga: 5 Cara Self Healing Sederhana untuk Memulihkan Diri
Kebiasaan Cebok Sejak Zaman Dahulu
Sejak dahulu kala, orang-orang sudah memiliki kebiasaan untuk membersihkan diri setelah buang air besar. Setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda, namun pada masa itu, tisu belum digunakan.
Umumnya, mereka melakukan pembersihan dengan cara yang sesuai dengan tradisi dan kondisi cuaca. Biasanya dengan menggunakan air, dedaunan, rumput, batu, atau bahkan hanya dengan tangan.
Pada zaman kuno di Romawi, pada abad ke-6 SM, penduduknya menggunakan batu sebagai alat untuk membersihkan diri setelah buang air besar. Di sisi lain, di masyarakat Timur Tengah, orang-orang menggunakan air sebagai cara untuk membersihkan kotoran karena hal tersebut sesuai dengan ajaran agama mereka.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul “Kebersihan toilet di era klasik” (2012), penggunaan tisu sebagai alat pembersih kotoran pertama kali ada di China, bukan di negara-negara Barat. Pada masa itu, penduduk China berhasil mengembangkan tisu dari kertas yang pertama kali di Negeri Tirai Bambu.
Pada abad ke-16, orang-orang Barat mulai mengenal tisu toilet untuk pertama kali. Francois Rabelais, seorang penulis Prancis, merupakan orang pertama yang memperkenalkan istilah tisu toilet. Namun, ia mengatakan bahwa tisu tersebut tidak efektif untuk membersihkan diri setelah buang air.
Baca Juga: Self Sabotage: Mengapa Manusia Seringkali ‘Merusak’ Hidup Sendiri?
Alasan Orang Barat Masih Pakai Tisu untuk Cebok
Namun, mengapa masyarakat Barat atau orang-orang yang tinggal di daerah dengan iklim non-tropis masih terus menggunakan tisu toilet meskipun katanya tidak lagi efektif?
Faktor Cuaca
Menurut informasi dari situs Buzz Feed, alasan utamanya adalah kondisi cuaca. Di negara dengan cuaca dingin, orang cenderung malas berhubungan dengan air, baik itu untuk mandi atau membersihkan diri setelah buang air. Namun, di daerah tropis, masyarakat tidak keberatan untuk bersentuhan dengan air. Bahkan, jika tidak terkena air, seseorang bisa merasa tidak nyaman karena kegerahan.
Karenanya, terdapat perbedaan dalam penggunaan metode cebok antara dua kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat Barat, atau pada umumnya masyarakat yang tinggal di daerah beriklim dingin, menggunakan tisu sebagai metode cebok. Sementara itu, kelompok lainnya menggunakan air. Selain itu, penggunaan air untuk cebok juga sesuai dengan ajaran agama, baik dalam Islam maupun Hindu.
Penggunaan tisu sebagai pengganti alat cebok oleh orang-orang di daerah non-tropis meningkat seiring dengan banyaknya pabrik tisu dan munculnya inovasi baru, yaitu tisu gulung pada tahun 1890.
Faktor Konsumsi
Selain faktor iklim, ada faktor lain yang memengaruhi hal tersebut, yaitu pola konsumsi. Orang bule yang biasanya makan makanan dengan serat rendah menghasilkan jumlah kotoran yang lebih sedikit dan memiliki kadar air yang rendah. Oleh karena itu, mereka hanya membersihkannya dengan menggunakan tisu.
Di sisi lain, orang-orang di wilayah Asia, Afrika, dan sebagian Eropa cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi serat, yang mengakibatkan pembentukan lebih banyak kotoran dan air dalam tubuh mereka. Oleh karena itu, menggunakan metode air menjadi pilihan terbaik untuk membersihkan kotoran tersebut.
Meskipun ada perbedaan dalam penggunaan air atau tisu saat cebok, penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa cebok dengan menggunakan air lebih efektif dalam membersihkan. Bakteri dan kuman yang terdapat pada kotoran dapat sepenuhnya hilang.
Namun, penggunaan tisu untuk membersihkan setelah buang air sulit untuk dihilangkan karena sudah menjadi bagian dari budaya dan telah melekat dalam berbagai generasi. Oleh karena itu, itulah sebabnya mengapa orang-orang di negara-negara dengan iklim dingin lebih terbiasa membersihkan diri hanya dengan menggunakan tisu.
Baca Juga: Rekomendasi Parfum Lokal untuk Laki-laki, Aromanya Maskulin!
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.