Laut Merah Terancam! Serangan Drone Houthi ke Kapal AS Meningkatkan Ketegangan

Situasi di Laut Merah semakin memanas! Kelompok Houthi yang dicap sebagai teroris marah dan melakukan serangan drone terhadap kapal AS.
202401110614 main.cropped 1704928510

Situasi di Laut Merah semakin memanas! Kelompok Houthi yang dicap sebagai teroris marah dan melakukan serangan drone terhadap kapal AS.

Situasi tegang terus berlanjut di Laut Merah, yang merupakan jalur pelayaran yang mengangkut 15% perdagangan dunia. Pada tanggal 18 Januari 2024, dalam update terbaru, kelompok milisi Houthi dari Yaman telah meluncurkan pesawat tak berawak (drone) dan menyerang kapal yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Beberapa jam setelah pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka mengklasifikasikan Houthi sebagai entitas “teroris” lagi, Houthi mengancam akan melancarkan serangan lebih banyak terhadap kapal-kapal sebagai balasan atas tindakan tersebut.

Menurut pernyataan juru bicara militer Huthi, Yahya Saree, Angkatan Laut menyerang kapal AS bernama Genco Picardy di Teluk Aden dengan beberapa rudal yang tepat.

Houthi dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan terus melancarkan serangan untuk mempertahankan diri dan memberikan dukungan kepada warga Palestina di Gaza. Pernyataan tersebut disampaikannya melalui pidato yang disiarkan di televisi.

Badan keamanan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) juga mengonfirmasi insiden serangan drone tersebut. Laporannya menyebutkan bahwa sebuah drone menyerang sebuah kapal di perairan Teluk Aden. Insiden itu menyebabkan kapal tersebut terbakar. Tetapi api berhasil dipadamkan dan tidak ada korban jiwa.

Menurut UKMTO, kejadian pada hari Rabu terjadi sejauh 60 mil laut di sebelah tenggara pelabuhan Aden. Badan tersebut menyarankan agar kapal bertransit dengan kewaspadaan dan melaporkan segala aktivitas yang mencurigakan kepada UKMTO.

Dalam hal ini, perusahaan manajemen risiko maritim Inggris sebagai Ambrey, melaporkan bahwa kapal yang mengalami serangan adalah kapal pengangkut muatan yang berasal dari Kepulauan Marshall. Ambrey menjelaskan bahwa kapal tersebut sedang dalam perjalanan menuju “timur sepanjang Teluk Aden ketika terjadi tabrakan dengan UAV (drone) di bagian kiri”.

Menurut informasi lain, kapal perang India berkomunikasi dengan kapal pengangkut kargo tersebut.

Baca Juga: Kepergian Buya Syakur, Meninggalkan Duka di Dunia Keislaman

Pernyataan Serangan di Laut Merah

Video Saksi Mata Yang Dirilis Pada Jumat 12 Januari Menunjukkan Awan Asap Besar Di Hodeidah Yaman Setelah Amerika Serikat Dan 1 169
Video Saksi Mata Menunjukkan Awan Asap Besar Di Hodeidah Yaman

Sebelumnya, juru bicara Houthi bernama Mohammed Abdelsalam mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pernyataan tentang serangan di Laut Merah terus dilakukan. Milisi tersebut berencana untuk terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah sebagai tanggapan atas keputusan AS yang memasukkan mereka kembali ke dalam daftar entitas “teroris”.

Kami tidak akan menyerah dalam upaya menyerang kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju pelabuhan-pelabuhan di Palestina yang diduduki. Tujuan kami adalah untuk memberikan dukungan kepada rakyat Palestina. Ini adalah ungkapan olehnya dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi yang berbasis di Qatar.

Ia juga menyatakan bahwa Houthi akan memberikan respons terhadap serangan baru yang AS kirimkan atau Inggris di Yaman, meskipun mereka sudah menghadapi beberapa serangan udara sebagai balasan terhadap serangan mereka yang mengincar kapal dagang. Sejak hari Jumat, Yaman telah mendapat serangan oleh AS dan Inggris sebanyak tiga kali.

Laut Merah merupakan jalur perairan tercepat yang menghubungkan Asia dan Eropa, yang dapat terlewati oleh kapal-kapal yang menuju Terusan Suez di Mesir. Namun, karena serangan yang terjadi, perusahaan pelayaran memutuskan untuk mengganti rute dengan melalui ujung harapan di Afrika Selatan (Afsel), yang membutuhkan waktu lebih lama dan biaya yang lebih tinggi.

Baca Juga: Pemuda Asal NTT Mendunia, Temukan Spesies Serangga Baru!

Jepang Menghadapi Masalah Baru

Pada hari sebelumnya, tiga perusahaan pelayaran terkemuka dalam negeri mengumumkan rencana untuk menghentikan pengoperasian rute melalui Laut Merah. Hal ini disebabkan oleh serangan yang dilakukan oleh milisi Huthi di Yaman terhadap kapal-kapal yang melewati jalur penting tersebut.

NYK Line atau Nippon Yusen, telah mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan pengoperasian semua kapal mereka yang melintasi Laut Merah. Ini merupakan langkah yang perusahaan ambil dalam menghadapi situasi terkait navigasi di wilayah tersebut.

Ia menambahkan bahwa keputusan itu diambil untuk memastikan keselamatan kru kapal.

Di sisi lain, Mitsui O.S.K. Lines dan Kawasaki Kisen Kaisha, dua perusahaan pelayaran terkemuka Jepang, juga telah mengumumkan penundaan pelayaran. Juru bicara dari kedua perusahaan tersebut juga telah memastikannya.

Baca Juga: Tiktok Affiliate: Panduan dan Trik Sukses untuk Menghasilkan Uang

Dampak pada Angkatan Udara

Serangan kelompok Houthi di Laut Merah tidak hanya membuat biaya transportasi laut meningkat, tetapi juga berdampak negatif pada sektor transportasi udara. Perkiraan bahwa kenaikan tarif ini terjadi karena adanya gangguan dalam arus perdagangan global.

Dalam beberapa minggu terakhir, biaya pengiriman melalui jalur laut telah meningkat sebesar US$10,000 atau sekitar Rp156 juta per kontainer berukuran 12,1 meter (40 kaki). Penyebab kenaikan ini karena upaya kapal-kapal kontainer untuk menghindari serangan di Laut Merah. Mengambil jalur yang lebih jauh melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Sehingga mengakibatkan pemindahan muatan senilai lebih dari US$200 miliar dari wilayah konflik tersebut.

Menurut para ahli, kemungkinan besar penundaan dalam perdagangan maritim akan mendorong sebagian pengecer untuk menggunakan transportasi udara. Penyebabnya oleh keinginan perusahaan-perusahaan yang biasanya mengirim barang melalui laut untuk memastikan pengiriman yang lebih cepat.

Hal ini berarti penggunaan kargo udara akan menjadi lebih penting dalam sistem rantai pasokan. Perbandingan dengan pengiriman melalui angkutan laut yang memakan waktu berminggu-minggu, pengiriman melalui angkutan udara dapat memperpendek waktu pengiriman menjadi hanya beberapa hari.

Menurut Matthew Burgess, wakil presiden layanan kelautan global di C.H. Robinson, beberapa pengirim barang saat ini sedang berusaha bertahan hidup dan berfokus pada satu tujuan: memastikan barang mereka tetap bergerak sebisa mungkin.

Peningkatan Kapasitas Penerbangan

Burgess mengatakan bahwa perusahaan logistik transportasi telah meningkatkan kapasitas penerbangan di jalur perdagangan utama untuk menghadapi masuknya konversi laut ke udara. Tujuannya adalah agar barang tetap dapat bergerak dengan lancar.

Parash Jain, Kepala Penelitian Pengiriman dan Pelabuhan Global HSBC, mengatakan bahwa akan terjadi peningkatan tarif transportasi udara.

Para ahli industri memprediksi bahwa kenaikan tersebut akan terjadi dalam waktu dua hingga tiga minggu ke depan, terutama menjelang perayaan Tahun Baru Imlek pada bulan Februari.

Pada umumnya, terjadi kenaikan jumlah barang yang diekspor ke luar Asia saat musim liburan tahunan tiba. Perusahaan berusaha untuk mengirimkan lebih banyak barang sebelum mereka tutup selama dua minggu.

Dalam hal ini, perusahaan logistik besar dari Jerman, DHL, mengungkapkan bahwa mereka telah menerima beberapa permintaan, namun belum terjadi banyak perubahan.

Menurut Andreas Von Pohl, kepala angkutan udara untuk DHL Global Forwarding Americas, memperkirakan situasi di Laut Merah akan mengalami perubahan jika terus berlanjut.

Berdasarkan data dari Xeneta, terdapat penurunan sebesar 18% dalam harga spot kargo udara secara keseluruhan dibandingkan dengan bulan Desember 2023. Pada bulan tersebut, tarif spot kargo udara rata-rata di seluruh dunia mencapai puncaknya sekitar US$2,6 per kg.

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks