Keadaan Buruh Aice Tak Seindah Iklah ‘Have an Aice Day’

6
0
Aice 20171108 022739

Have an Aice Day. Buatlah harimu menyenangkan dengan es krim Aice. Harganya dari Rp2 ribu hingga Rp10 ribu rupiah tentu sehat pula bagi kantong Anda. Namun, selagi Anda menghabiskan pelan-pelan es krim Aice, Anda perlu mengingat kondisi kerja buruh yang memproduksinya.

Setiap lapisan es krim Aice yang Anda konsumsi adalah setiap detik mutu kesehatan para buruh yang terus terkikis. Ada sekitar 644 buruh dari total 1.233 pekerja yang melakukan mogok sejak awal November lalu lantaran kondisi lingkungan pabrik yang mengabaikan hak-hak mereka, dan jumlah buruh yang protes terus bertambah.

Anda perlu mengingat kisah Heti Kustiawati. Ia tak pernah punya punya riwayat pingsan atau penyakit paru-paru. Ia baru merasakan lemas, tubuhnya jatuh, dan pingsan pada 14 November 2017.

Esoknya ia pergi ke klinik Bunda Aulia di Cikarang Barat, Bekasi. Setelah ditunjukkan hasil ronsen, perasaan Heti ciut. “Kata dokter sih bronkitis, itu kena amonia bocor yang sering kehirup,” ujarnya.

Perempuan berusia 22 tahun itu masih belum percaya daya tahan tubuhnya dirampas gas amonia. Dengan keyakinannya ia masih merasa sehat, keesokan harinya ia bekerja kembali di bagian produksi. Seperti hari-hari sebelumnya, ia memakai sarung tangan, sepatu semata kaki, dan masker kain tipis. Tapi Heti pingsan lagi di pabrik.

ARTIKEL TERKAIT •
Infeksi Virus Corona Melonjak 96 Kasus di 8 Kota

Di Pt Alpen Industry yang memproduksi es krim Aice, ketika para buruh bekerja, pipa mesin pendingin es krim kerap bocor. Amonia tertiup mengisi penuh ruang produksi. Gas alkali tak berwarna itu mengeluarkan bau tajam dan khas.

Zat kimia yang biasa dipakai untuk bahan pupuk ini sangat berbahaya, bisa bertahan lebih dari seminggu dalam ruangan. Ia bikin iritasi kulit, mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

“Bau amonia nyengat banget dan perih ke mata. Mata berair dan suka memerah,” kata Heti, yang sengaja mencari tempat berobat murah karena khawatir biaya mahal tak bisa di-reimburse oleh perusahaan.

Heti sudah setahun lebih bekerja, tetapi ia belum mendapatkan BPJS Kesehatan. Ia tekun mengumpulkan bukti pembayaran dari klinik kesehatan. Di sisi lain, ia juga cemas biaya berobat tak diganti PT AFI seperti hari-hari sebelumnya.

Zaenal senasib dengan Heti. Ia mengidap bronkitis, ia juga bekerja di bagian produksi. “Kami hirup gas berbahaya di dalam. Dokter bilang ‘Suruh pindah saja, jangan dekat-dekat gas seperti itu, berbahaya’,” ungkap pria 25 tahun ini.

ARTIKEL TERKAIT •
Pemuda Asal NTT Mendunia, Temukan Spesies Serangga Baru!

Sementara Acil, mata kanannya pernah meradang dan bengkak karena tepercik cairan soda api. PT AFI tak memberikan pertolongan apap pun meski ia hanya bisa melihat dengan mata kiri saja saat itu.

Tinggalkan Balasan