Apa itu ‘Kerja Sama Selatan-Selatan’ yang Sempat Jadi Bahasan Debat Ketiga Capres 2024?

Debat ketiga calon presiden membahas mengenai kerja sama antara negara-negara di bagian selatan dunia. Apa itu kerja sama selatan-selatan?
ea5ada5b8f7e816ddfffe68d91618359

Debat ketiga calon presiden membahas mengenai kerja sama antara negara-negara di bagian selatan dunia. Apa itu kerja sama selatan-selatan?

Pada debat ketiga capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo di Istora Senayan Jakarta pada hari Ahad (7/1/2024), salah satu subtema yang jadi bahasan ialah Hubungan Internasional. Panelis kemudian mengajukan pertanyaan mengenai strategi pasangan calon untuk mengembangkan Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) secara lebih konkret. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kerjasama Selatan-Selatan (KSS)?

Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) adalah hasil dari peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. KSS berdiri sebagai bentuk solidaritas negara-negara berkembang yang baru saja merdeka dari kolonialisme. KAA di Bandung memiliki peran penting dalam sejarah terbentuknya KSS.

Baca Juga: Performa Semua Capres di Debat Pertama Pilpres 2024

Apa itu Kerja Sama Selatan-Selatan?

Arsip Nasional Republik Indonesia 1599878241 Vvvrm
Arsip Nasional Republik Indonesia

Kerjasama Selatan-Selatan adalah bentuk kerja sama antara negara-negara Selatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian mereka serta mencapai tujuan pembangunan yang telah tersepakati secara global.

Kerjasama Selatan-Selatan adalah kolaborasi yang melibatkan negara-negara Selatan dalam berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, dan teknis. Ini terjadi melalui kerangka kerja sama yang komprehensif antara negara-negara tersebut.

Kolaborasi ini melibatkan kerjasama antara dua atau lebih negara yang sedang berkembang, baik secara bilateral, regional, intraregional, maupun interregional. Dengan adanya kerjasama Selatan-Selatan, negara-negara yang sedang berkembang saling berbagi pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sumber daya untuk mencapai tujuan pembangunan mereka melalui usaha bersama-sama.

Salah satu bentuk modal dari KSS adalah kerja sama Triangular, yaitu sebuah kolaborasi yang melibatkan negara-negara donor tradisional dan organisasi multilateral dalam memfasilitasi inisiatif Selatan-Selatan. Bentuk kolaborasi ini melalui penyediaan dana, pelatihan, sistem manajemen dan teknologi, serta dukungan lainnya.

Baca Juga: Pengamat Menilai Debat Capres 2024: Anies Menggurui, Prabowo Blunder, Ganjar Realistis

KSS bertujuan untuk membantu negara-negara berkembang meningkatkan kemampuan mereka dengan memperkuat kemandirian mereka. Tujuan ini mencakup peningkatan kapasitas kreatif mereka untuk menemukan solusi terhadap masalah pembangunan dan merumuskan strategi yang perlu untuk menghadapinya.

Selanjutnya, penting untuk mendorong dan memperkuat kemampuan negara-negara berkembang dalam bekerja sama secara kolektif melalui pertukaran pengalaman. Hal ini akan membantu meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah yang dihadapi bersama dan memberikan akses yang lebih luas terhadap pengetahuan yang ada.

Selain itu, penting untuk mengenali dan merespons masalah dan kebutuhan negara-negara yang kurang berkembang, negara-negara berkembang tanpa daratan, negara-negara kepulauan kecil, dan negara-negara yang sangat terdampak, seperti bencana alam dan krisis lainnya. Hal ini akan membantu mereka untuk lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi global.

Kontribusi Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) dan Triangular

Pemerintah Indonesia telah menganggap KSS dan Triangular sebagai hal yang penting dalam RPJMN 2010-2014. Untuk itu, pemerintah membentuk tim koordinasi dan menyusun rencana induk serta cetak biru mengenai Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) dan Triangular.

Dalam sebuah jurnal yang berjudul ‘Peran Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular’, Bulbul Abdurachman dan Bagus Prakoso telah menulis tentang hal tersebut.

Pada tahun 2012, seperti yang tercatat dalam jurnal tersebut, Indonesia menunjukkan keseriusannya untuk meningkatkan sumbangannya melalui serangkaian pertemuan yang kementerian dan lembaga terkait adakan, serta dengan negara-negara mitra dalam pembangunan.

Kementerian Luar Negeri berperan sebagai pusat koordinasi dalam kerja sama ini dengan mengidentifikasi negara-negara yang menjadi prioritas penerima bantuan teknis. Bantuan tersebut nantinya dapat dilakukan oleh semua Kementerian atau Lembaga yang terkait.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga membuat aturan prosedur operasional (SOP) untuk mengevaluasi program pengembangan kapasitas. Aturan ini akan Indonesia gunakan untuk menilai sejauh mana bantuan luar negeri tersebut efektif.

Baca Juga: Apa itu Hilirisasi Digital Yang Disebut Gibran Saat Debat Cawapres?

Adanya Evaluasi Tahap I KSS dan Triangular

Pada tanggal 16-19 Oktober 2012, tim koordinasi KSS dan Triangular Indonesia mengadakan Pelatihan untuk Evaluator Tahap I di Yogyakarta. Kemudian, pada tanggal 30 November hingga 1 Desember 2012, adanya pembaruan daftar prioritas program bantuan teknis Kerjasama Selatan-Selatan di tingkat nasional.

Di samping itu, pemerintah juga mengadakan pertemuan internasional atau High Level Meeting (HLM) di Bali pada tanggal 10-12 Juli 2012 dengan fokus pada pembangunan pusat pengetahuan yang negara-negara pimpin. Pertemuan tersebut meliputi 200 peserta dari 40 negara dan mitra pembangunan.

Pada pertemuan itu, Indonesia mengungkapkan fokusnya dalam mempromosikan KSS, yaitu pembangunan, tata kelola yang baik, dan ekonomi. Pemerintah yakin bahwa Indonesia memiliki kemampuan dan keunggulan khusus dalam ketiga bidang tersebut.

Di sebuah pertemuan internasional, Indonesia juga mengumumkan komitmen Indonesia untuk memberikan sumbangan sebesar 1,5 juta USD untuk fasilitas Selatan-Selatan dan Bank Dunia.

Berdasarkan laporan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Indonesia telah memberikan sumbangan sekitar 50 juta dolar AS antara tahun 2000 hingga 2012. Namun, analisis yang David Hatch lakukan menyebutkan bahwa Indonesia telah menyediakan dana bantuan sebesar 45 juta USD untuk negara-negara berkembang lainnya antara tahun 2002 hingga 2012.

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks