Bolehkah Seorang Anak Memarahi Ibunya Karena Berbuat Dosa?

Bolehkah Seorang Anak Memarahi Ibunya Karena Berbuat Dosa? |mim.or.id
Bolehkah Seorang Anak Memarahi Ibunya Karena Berbuat Dosa?

Seorang anak memang diwajib untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Terutama berbakti kepada ibunya dan mengikuti perintah kedua orangtuanya. Namun jika ibu berbuat dosa, seperti halnya berbuat syirik, lalu memarahi orangtua. Berdosakah jika seorang anak memarahi orangtuanya karena dosa, terutama seorang ibu?

Terkadang seorang anak harus menghadapi orang tua yang belum mengerti tentang ajaran Islam. Sebagai akibatnya, ia menyaksikan orang yang sangat ia cintai dan hormati melakukan perbuatan dosa atau menghalang-halangi si anak dari perbuatan amal shaleh. Seorang anak tidak berhak untuk memarahi orangtua karena dosa melainnya hanya menasehatinya saja.

Salah satu adab terhadap orang tua yang Allah ajarkan kepada kita adalah berkata lembut dan tidak boleh menghardiknya atau membentaknya.

Sebagiamana firman Allah didalam Al-Qur’an.

“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut di dekatmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia,” (QS. Al-Isra: 23).

Ketika ibu berbuat dosa, bolehkah anak memarahi orangtua?

Ibu Menangis Dan Sedih
Bolehkah Seorang Anak Memarahi Ibunya Karena Berbuat Dosa? |islamidia

Seperti contoh diatas tadi. Tentu kita tahu, syirik adalah dosa dan maksiat terbesar secara mutlak. Sekalipun dalam kondisi mereka melakukan kesyirikan dan bahkan memaksa kita untuk berbuat syirik, Allah tidak mengizinkan seorang anak untuk bersikap kasar kepada orang tua, terutama ibu. 

Allah berfirman,

“Jika keduanya memaksamu untuk berbuat syirik dengan mempersekutukan aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,” (QS. Luqman: 15).

Kisah Nabi Ibrahim dengan ayah

Mungkin Cerita ini tidak asing lagi di telinga kita. Seorang Nabi pemimpin ahli tauhid memiliki ayah penyembah berhala. Sekalipun sang ayah mengancam hendak melempari batu Ibrahim, beliau tetap memperlakukan ayahnya dengan sopan.

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?

Pada ayat di atas, Ibrahim memanggil ayahnya dengan panggilan: ’Ya Abati’ [يَا أَبَتِ], itu panggilan lembut untuk sang ayah. Ibrahim tidak memanggil ayahnya denagn ’Ya Abi’, karena lebih kasar dari pada yang pertama.

Berkata bapaknya: “Apakah kamu benci kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. (QS. Maryam: 46)

Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis shalatu was salam tetap mengingatkan ayahnya, mendakwahi ayahnya yang melakukan rajanya maksiat, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Namun bukan dengan cara membentak, memarahi, tapi dengan cara lembut. Karena mereka memiliki jasa besar kepada anaknya.

Baca juga : 5 Ciri Anak yang Membawa Rezeki Untuk Orang Tuanya(Buka di tab peramban baru)

Sumber: konsultasisyariah.com

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks