Alhamdulillah sobat EBID, hanya menghitung sekian hari lagi bulan Ramadan 1440 H sudah hadir kehadapan kita.
Umat muslim menyambut dengan suka cita bulan ini, dan bagi yang memenuhi syarat puasa, maka diwajibkan untuk berpuasa Ramadan sejak ditetapkannya hillal.
Dibulan ini, atmosfer peribadatan meningkat pesat, suasana penghambaan sangat kental diantara umat muslim. Masjid, mushola, atau surau lebih ramai jamaahnya dibanding hari dan bulan biasa.
Masing-masing berlomba beribadah, dari yang wajib seperti sholat lima waktu, zakat fitrah, puasa, hingga yang sunnah seperti bersholawat dan silaturahim ke kediaman kerabat jauh.
Ikhlaskah apa yang kita lakukan?
Tapi, pernahkah kita memikirkan dan atau meresapi apakah peribadatan yang kita lakukan sejauh ini benar-benar kita lakukan dengan ikhlas? Khususnya ibadah kita pada bulan Ramadan, apakah kita beribadah hanya karena diperintahkan? Atau hanya karena mengincar iming-iming soal surga? Atau bahkan menghindari ancaman api neraka atas kewajiban yang dilalaikan saja?
Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas patutlah kita hadirkan dalam setiap apapun yang kita lakukan, terlebih dalam peribadatan kita di bulan nun diberkahi ini, bulan Ramadan.
Karena, jangan sampai apa-apa yang kita lakukan seakan kopong, percuma, karena tak bisa dipungkiri hati kita sering lalai, beribadah seperti robot, tak mendapati esensi dari beribadah itu sendiri, bahkan, banyak diantara kita yang beribadah hanya untuk mengejar pengakuan dunia saja.
Sungguh sifat ikhlas ini sangatlah penting diperhatikan wahai saudara-saudaraku.
Kualitas diatas Kuantitas
Tahulah sobat EBID? bahwa yang menyebabkan ibadah kita diterima itu bukanlah kuantitas, tetapi kualitas, dan tahukah saudara-saudaraku, bahwa yang menjadi sebab kita terbebas dari siksa api neraka atau bahkan mendapat kenikmatan surga bukanlah karena ibadah kita, hamba yang kotor oleh berbagai kelalaian ini, tetapi karena keridhoan Tuhanlah ibadah kita bisa diterima, karena Rahmat Allah lah kita dapat beribadah.
Sungguh! Ada yang perlu kita garis bawahi dalam beragama saudara-saudaraku, pertama adalah soal dasar keilmuan, kita diwajibkan agar menuntut ilmu agama (tentu tidak mengesampingkan ilmu-ilmu keduniawian), agar ibadah-ibadah, muamalah-muamalah, dan bahlan ibadah-ibadah kita itu sesuai syariat, karena segala halnya sudah ditetapkan didalam Alqur’an dan Al-Hadist, tugas penting bagi kita untuk memahami dan mangamalkannya.
Kedua, adalah soal keiklasan hati saudaraku, lakukanlah segalanya Lillahita’ala. Tanyakanlah kepada hati kita masing-masing Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti diatas, tujulah keridoan Allah, Sungguh apa yang kita lakukan bukanlah apa-apa tanpa Rahmat dan keridhoan Allah.
Mari perbaiki kualitas ibadah, baru bicara soal kuantitas, tuntut ilmu agama dengan benar, carilah guru-guru yang membimbing kepada keindahan akhlakul karim dan ukhuwah islamiah.
Bismillah, semoga amal dan ibadah kita dilancarkan. Aamiin
Sekian, salam Damai kepada semua
Semoga kita tetap dapat mengedepankan toleransi di seluruh dunia, khususnya DI tanah air kita tercinta, negeri Indonesia. DAMAILAH INDONESIAKU, RAHAYU!
Murni Tulisan Pribadi.
26/04/2019, Indonesia bagian Tengah