Seperti yang kita ketahui bahwa Kejujuran merupakan sifat yang sangat terpuji dan sifatnya orang beriman. Kejujuran akan membawa pelakunya kedalam surga. Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu; dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujuraat : 15).
Orang Yang Jujur Dengan Niat Ghibah
Ghibah atau menggunjing merupakan suatu hal yang sangat dilarang dalam islam, ghibah memang termasuk jujur namun jujur yang tercela dan merupakan khianat terhadap aib-aib kaum muslimin yang seharusnya ditutupi. Rasulullah SAW bersabda:
“Apakah kalian tahu apa ghibah itu ?” Para shahabat menjawab : ”Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Beliau bersabda : ”Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, maka kamu telah melakukan ghibah”. Beliau ditanya : ”Bagaimana jika sesuatu yang aku katakan ada pada saudaraku?”…
…Beliau menjawab : ”Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya “ (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi).
Lebih Buruk Dari Ghibah, Naminah Tidak Boleh Dilakukan
Namimah atau mengadu domba lebih buruk daripada Ghibah, Namimah merupakan pengkhianatan dan kehinaan yang akan berakhir dengan percekcokan, pemutulsan silaturahim, dan kebencian diantara saudaranya.
Meskipun ucapannya jujur atau benar, namun hal tersebut sangat dilarang karena bersifa mengadudomba dan menyebarkan kebenciaan yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rahasia Tetaplah Rahasia, Jika Menyebarkannya Akan Menimbulkan Sesuatu Tidak Diinginkan
Kejujuran selanjutnya yang dilarang dalam islam adalah menyebarkan rahasia, karena menyebarkan rahasia merupakan bukti pengkhianatan dari pelakunya. Disebut pengkhianatan, karena ia telah khianat terhadap amanah.
”Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa…
…Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah)…
…Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya: “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. At-Tahrim : 3).