Ketika kita ke dokter untuk memeriksa kesehatan atau suatu gejala penyakit tertentu, kita pasti akan diberikan resep obat yang akan kita tebus atau kita tukarkan ke toko obat atau apotek. Jika kita perhatikan tulisan pada resep yang diberikan dokter tersebut, terlihat jika tulisan dokter susah dibaca atau tidak jelas. Terkadang seperti coretan-coretan anak kecil pada kertas.
Namun, setelah kita berikan kepada apoteker, mereka dengan mudah memahami maksud tulisan dokter pada resep tersebut. Lalu memberikan obat yang sesuai resep kepada kita.
Pertanyaannya, mengapa hampir setiap dokter memiliki tulisan yang sulit dibaca?
Ternyata ini alasan kenapa tulisan dokter susah dibaca!
1. Waktu yang Terbatas
Pada umumnya, dokter hanya membuka praktek pemeriksaan hanya dalam waktu yang tidak lama. Kurang lebih hanya 3 – 5 jam dalam sehari. Padahal, dalam jangka waktu itu, banyak pasien yang berdatangan untuk memeriksakan diri.
Oleh karena itu, dokter harus memeriksa dan memberikan resep obat kepada pasien dengan cepat, agar semua pasien yang datang dapat ditangani. Karena dokter melakukan pekerjaan dengan cepat sehingga ia tidak punya banyak waktu untuk menulis resep dengan rapi.
Begitu pun juga ketika di rumah sakit, meskipun jam kerja dokter di sana lebih lama dibandingkan jam kerja dokter yang membuka praktek sendiri, namun karena jumlah pasien yang sangat banyak, membuat sang dokter juga dikejar waktu agar semua pasien yang ingin memeriksakan diri, dapat dilayani dengan cepat dan tepat. Sehingga tulisan yang ditulis pada resep pun tidak rapi karena tidak punya banyak waktu. Oleh karena itu tulisan dokter susah dibaca.
2. Otot Tangan yang Mulai Melemah
Pekerjaan dokter hampir keseluruhannya menggunakan tangan, bukan hanya menulis resep, namun memeriksa, menyuntik dsb. Karena semakin banyak bekerja dan semakin banyak resep yang ditulis, maka semakin lemah pula otot-otot kecil di tangannya.
Sehingga membuat tulisannya pada resep semakin sulit dibaca dan terlihat tidak jelas.
3. Informasi Mengenai Pasien Lebih Penting
Biasanya, dokter akan menanyakan keluhan-keluhan apa saja terkait gejala penyakit yang pasien alami. Dokter akan mendengarkan keluhan itu sambil menulis segala informasi yang disampaikan sang pasien.
Tentu saja fokus mendengarkan sambil menulis dengan tepat sangat sulit dilakukan, itu sebabnya tulisan dokter susah dibaca dan terlihat tidak rapi. Dibandingkan kerapian tulisan, dokter lebih mementingkan segala informasi lengkap yang didapat pada keluhan pasien.
Apoteker Memahami Tulisan Dokter
Kita tidak akan mengerti dan tahu apa yang ditulis sang dokter pada resep. Namun ketika kita memberikannya kepada apoteker, ia lantas paham begitu saja dan memberikan obat yang tepar kepada kita sesuai yang dituliskan dokter pada resep tersebut.
Ternyata, pada resep yang dituliskan dokter, terdapat istilah medis yang hanya bisa dimengerti oleh mereka-mereka yang menggeluti dunia medis seperti dokter, perawat, dan apoteker.
Istilah medis ini tentu saja tidak akan bisa dipahami oleh kita yang awam mengenai hal itu. Seperti contoh, tulisan’QD’ adalah singkatan bahasa Latin, yang berarti ‘satu hari’.
Atau istilah yang terlihat mirip, seperti ‘miligram’ yang disingkat ‘mg’, dan ‘mikrogram’ disingkat ‘mcg’.