Penggunaan wadah pembungkus makanan sangat beragam saat ini. Mulai dari pembungkus yang berbahan plastik, kertas, kaca, hingga styrofoam.
Saat ini, banyak sekali penjual makanan yang menggunakan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Styrofoam atau memiliki nama lain foamed polysterene (FPS) adalah benda sejenis plastik busa yang ringan.
Penggunaan styrofoam biasanya digunakan untuk melindungi dan menahan getaran barang yang fragile seperti barang elektronik. Namun, saat ini banyak yang menggunakan styrofoam untuk membungkus makanan atau minuman.
Mungkin, kebanyakan dari kita sudah mengetahui bahaya penggunaan styrofom bagi kesehatan dan lingkungan. Sehingga, kita sudah mengurangi pemakaian styrofoam untuk wadah pembungkus makanan.
Salah satu dampak dari styrofoam yang masih menjadi pertanyaan saat ini adalah dapat menyebabkan kanker. Apakah fakta itu benar? Untuk lebih mengetahui fakta sebenarnya tentang styrofoam, berikut beberapa fakta mengenai styrofoam yang membuat orang salah kaprah selama ini.
1. Styrofoam dapat menyebabkan kanker
Selama ini kita tahu jika kanker adalah penyakit pembunuh nomor 1 di dunia. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.
Ada beberapa jenis kanker yang sangat mematikan bagi penderitanya, diantaranya adalah kanker payudara, kanker prostat, kanker darah, kanker kelenjar getah bening, dan kanker paru – paru. Kanker tidak pandang bulu, anak – anak hingga orang yang sudah tua pun bisa saja terkena penyakit ini.
Lalu, apa penyebab kanker?
Umumnya penyebab kanker adalah akibat dari paparan zat kimia dan radiasi secara berlebihan. Selain itu, ada beberapa penyebab dan resiko pemicu kanker, diantaranya karena virus, paparan sinar matahari terus menerus, obesitas, hormon, kebiasaan merokok, dan gaya hidup yang buruk. Penggunaan styrofoam pada makanan juga diduga sebagai penyebab kanker.
Apakah hal itu benar? Faktanya, hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Akhmad Zainal Abidin, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB menjelaskan bahwa styrofoam aman digunakan sebagai pembungkus makanan. Kandungan stirena memang memilik zat karsinogenik yang dapat memicu pertumbuhan kanker saat berpindah pada makanan yang dikonsumsi tubuh.
Akan tetapi, dia memastikan styrofoam yang beredar di pasaran saat ini tidak menimbulkan kanker. Zat stirena bisa kita temukan pada beberapa jenis makanan seperti stroberi. Faktanya stroberi memiliki kandungan stirena yang lebih besar dari styrofoam.
Dosen ITB ini menjelaskan nilai asupan zat stirena yang berpindah dari styrofoam ke tubuh adalah 0,46-12 miligram per orang per hari. Akhmad juga membandingkan dengan kandungan stirena yang juga terdapat dalam telur sebesar 10 mikrogram per kilogram, dan stroberi 274 mikrogram per kilogram.
Jadi, penggunaan styrofoam sebagai pembungkus makanan tidak sepenuhnya dapat menyebabkan kanker. Namun, penggunaan styrofoam secara berlebihan bukan tidak mungkin akan menimbulkan resiko yang cukup besar bagi pemakainya.
2. Styrofoam tidak dapat terurai
Masalah lingkungan adalah masalah yang sangat besar dampaknya bagi ekosistem mahluk hidup. Salah satu penyebab masalah lingkungan adalah banyaknya sampah plastik.
Sampah plastik adalah sampah non-organik yang proses terurainya sangat lama. Sehingga, sampah plastik akan merusak lingkungan jika terus bertambah dan menumpuk.
Ada banyak jenis sampah plastik, diantaranya adalah plastik botol, plastik kemasan makanan, dan styrofoam. Styrofoam merupakan jenis sampah plastik yang sangat lama terurai diantara jenis sampah plastik.
Styrofoam membutuhkan waktu selama 500 hingga 1.000 tahun untuk bisa terurai, bahkan dikatakan tidak dapat terurai. Hal ini menjadi kekhawatiran kita apabila sampah – sampah plastik seperti styrofoam akan bertambah banyak dan menumpuk.
Dengan melihat keadaan sekarang, teknologi semakin canggih untuk mempermudah manusia. Teknologi bisa digunakan untuk membantu penguraian sampah plastik seperti styrofoam. Sehingga, kita tidak perlu lama menunggu proses terurainya sampah plastik secara alami.
Selain itu, styrofoam juga bisa dimanfaatkan sebagai barang daur ulang. Saat ini standar ramah lingkungan tidak lagi melihat bisa atau tidak terurai melainkan dengan bisa atau tidak didaur ulang.
Daur ulang styrofoam lebih mudah ketimbang kertas yang digunakan pengganti styrofoam. Karena kertas dilapisi dengan plastik dan mesti dipisahkan terlebih dahulu saat didaur ulang. Sehingga prosesnya lebih susah dan tidak ramah lingkungan.
Sampah styrofoam ini bisa didaur ulang menjadi kerajinan tangan, pigura, beton ringan untuk perumahan, hingga pembersih senyawa sulfur yang digunakan Pertamina.
3. Styrofoam dapat merusak lingkungan
Tentu sekarang ini kita dihadapkan oleh masalah kerusakan lingkungan. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah banyaknya sampah plastik. Akibatnya, kerusakan lingkungan seperti banjir, rusaknya ekosistem perairan, dan masalah lainnya sangat sering terjadi.
Penyebabnya, bukan tidak lain karena masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, banyaknya sampah plastik juga akibat dari penggunaan bahan plastik oleh masyarakat sehari – hari.
Styrofoam juga menjadi kekhawatiran masyarakat karena dapat merusak lingkungan. Namun, hal tersebut belum tentu benar. Banyaknya styrofoam yang ditemukan di perairan seperti sungai diduga dapat merusak lingkungan sekitar.
Faktanya, styrofoam terlihat banyak karena bahannya yang bisa mengapung. Padahal sampah-sampah lain banyak berada di bawah styrofoam, cuma tidak terlihat.