epidemi penyakit COVID-19 atau virus corona dikabarkan dapat merusak pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Namun dalam Global Women’s Forum di Dubai, kepala International Monetary Fund (IMF) mengatakan rebound ekonomi yang tajam dan cepat dapat terjadi.
“Mungkin ada pemotongan yang kami masih harapkan akan berada dalam persentase 0,1-0,2,” ujar direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dikutip dari AFP akhir pekan kemarin.
“Saya menyarankan semua orang untuk tidak langsung mengambil kesimpulan prematur. Masih ada banyak ketidakpastian. Kami beroperasi dengan skenario, belum dengan proyeksi, tanya saya dalam 10 hari.”
Dalam pembaruan Januari untuk World Economic Outlook, IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 dengan 0,1 poin persentase menjadi 3,3 persen, mengikuti pertumbuhan 2,9 persen tahun sebelumnya. Angka ini menjadi terendah dalam 1 dekade.
Georgieva mengatakan terlalu dini untuk menilai dampak penuh dari epidemi. Namun di sisi lain, ia mengakui bahwa epidemi ini sudah mempengaruhi sektor seperti parawisata dan transportasi.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan karena kami belum cukup tau apa sifat virus in. Kami tidak tau seberapa cepat China akan dapat menahannya. Kami tidak tau apakah virus akan menyebar ke seluruh dunia,” ujarnya.
Dibandingkan dengan dampak Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002, Georgieva mengatakan ekonomi China kemudian hanya membuat 0,8 persen dari ekonomi global, angka itu mencapai 19 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ahli internasional mulai bertemu dengan rekan-rekan mereka di China untuk membahas epidemi virus corona tipe baru, yang dikatakan agak sulit untuk diprediksi.
Menurut data, jumlah kasus baru dari epidemi virus corona China turun selama hari ketiga berturut-turut. Namun soal penyebarannya, kekhawatiran global tetap tinggi. Apalagi ketika Amerika mengatakan lebih dari 3 lusin orang Amerika terinfeksi dari kapal pesiar yang di karantina di Jepang.
Corona kini telah menewaskan 1.700 lebih orang. Berdasarkan data pemerintah provinsi Hubei yang dipublikasikan (17/2/2020) pagi, ada tambahan 100 kematian baru di provinsi episentrum corona itu.