Ada sebuah hadist Nabi, yang menyuruh kita untuk taat kepada pemimpin kita. Di antaranya, hadist tersebut berbunyi:
“Aku wasiatkan kalian agar senantiasa taqwa kepada Allah serta mendengar dan taat kepada pemimpin (negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah.” (HR. Abu Dawud, no. 4609 dan At-Tirmidzi, no. 2677)
Pendapat Ulama
Lalu, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah menjelaskan Aqidah terkait taat kepada pemimpin, ia berkata:
“Dan kami tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan pemerintah kami, meskipun mereka berbuat zhalim. Kami tidak mendoakan kejelekan kepada mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka dan kami memandang ketaatan kepada mereka adalah ketaatan kepada Allah sebagai suatu kewajiban, selama yang mereka perintahkan itu bukan kemaksiatan (kepada Allah). Dan kami doakan mereka dengan kebaikan dan keselamatan.”
Bisa kita simpulkan, bahwa kita sebagai umat muslim, wajib hukumnya taat kepada pemimpin kita, meski pemimpin tersebut melakukan kezhaliman, ingkari janji untuk mensejahterakan rakyat, tidak bekerja secara maksimal dalam memerintah, tendensius kepada satu golongan saja yang dianggap memiliki kepentingan, dsb.
Bagaimana dengan pemimpin kita?
Nah, ada yang menarik di sini, jika diperhatikan, pada zaman dulu ketika para pemimpin-pemimpin masa jayanya Islam, sangat sedikit ‘mungkin’ rakyat dari suatu wilayah yang mengkritik, memberontak, dan tidak setuju dengan kebijakan pemimpin mereka saat itu.
Mereka sangat yakin dan taat, percaya bahwa apapun kebijakan pemimpin mereka, pastilah demi kebaikan rakyat dan bangsa, meskipun mungkin kadang di hati dan pikiran mereka masih ada perasaan tidak setuju. Namun, karena mereka mengikuti perintah Nabi dan Ulama, mereka tetap menerimanya.
Mereka ‘mungkin’ saja, malah mendo’akan kebaikan-kebaikan bagi pemimpin mereka. Nah, akan tetapi, saat dulu kala, para pemimpin mereka lah yang mawas diri, sadar diri dan selalu merasa bersalah jika melihat ada rakyat dan kondisi bangsanya yang tidak sejahtera.
Lalu, bisa kah kita menerapkan hal ini di Negara kita? Kita sebagai rakyat cukup taat dengan pemimpin kita, apapun kebijakannya, kita percaya saja. Toh pemimpin kita memiliki manajemen pemerintahannya sendiri, ada yang bertugas mengkritik, memberikan, dan menjalankan kebijakan.
Jadi, aspirasi kita sebenarnya sudah diwakili oleh mereka. Namun pertanyaannya sekarang, sudahkah para pemimpin kita merasa mawas diri dan sadar diri dengan tanggung jawab jabatan mereka terhadap rakyat dan bangsa?
Narasumber: Yogi Arfan