Elizabeth Báthory de Ecsed merupakan seorang bangsawan yang berasal dari Hungaria, ia sangat takut terhadap penuaan yang ia akan alami, ia takut kecantikannya hilang.
Ketika sang pelayan menyisirinya, sang pelayan tanpa sengaja menarik rambutnya, hingga membuat Elizabeth marah dan menampar pelayan tersebut dengan sangat keras. Tamparan tersebut membuat sang pelayan terluka, mengeluarkan darah.
Elizabeth yang melihat darah tersebut di tangannya, lalu berpikir bahwa darah itu akan membuatnya awet muda dan memberinya kesegaran.
Kekejaman pun dimulai
Ia membunuh seluruh pelayan-pelayannya yang bekerja untuknya di kastil. Lalu juga membuat lowongan kerja fiktif dan memanggil gadis-gadis para warga desa untuk diundang ke kastil.
Setelah para gadis terpancing oleh panggilannya dan lowongan kerja fiktif yang ia buat, ia akan menyiksa para gadis itu dengan sangat kejam.
Elizabeth akan menggigit, memukul, membakar, memutilasi, hingga membiarkan korban kelaparan sampai mati.
Elizabeth memerintahkan para budaknya untuk mengumpulkan para darah korbannya di sebuah ember, kemudian menyuruh mereka menumpahkannya di kolam pemandiannya.
Ia hanya memilih darah segar para gadis perawan, ia yakin jika darah sang perawan tak akan membuatnya mengalami penuaan diri.
Setelah sempat melakukan pemakaman para korban dengan ritual yang sesuai keagamaan, untuk memeberikan kesan wajar kepada para pendeta.
Namun, karena jumlah yang meninggal semakin banyak dan tidak diketahui penyebab kematiannya, pendeta mulai menolak untuk melakukan tugasnya.
Elizabeth pun mengancam pendeta agar ia tidak menyebar luaskan tentang kebiasaanya.
Terungkap
Karena mulai kehabisan cara, Elizabeth tidak lagi mengubur jasad korbannya. Namun ia membuangnya secara asal ke beberapa lokasi seperti, sebuah ladang, sungai yang mengalir di belakang kastil, kebun sayur, dan lainnya.
Salah satu korban Elizabeth yang berhasil melarikan diri, kemudian melaporkan perbuatan keji Elizabeth kepada pihak berwenang kerajaan.
Lalu, Raja Mátyás dari Hongaria pun memerintahkan sepupu Elizabeth sendiri, György Thurzo, Gubernur Provinsi untuk menyelidiki laporan tersebut.
Penyelidikan pun membuahkan hasil, pada 30 Desember 1610, mereka yang mendatangi kastil, menemukan sebuah pemandangan yang mengerikan. Di ruang utama, mereka menemukan seorang gadis yang telah mati dalam kondisi kehabisan darah.
Sedangkan yang masih hidup, pada tubuhnya terdapat lubang tusukan benda tajam. Di ruang bawah tanah, mereka juga menemukan beberapa gadis yang masih hidup, dan beberapa di antaranya telah ditikam beberapa kali. Sedangkan di bawah kastil, mereka menemukan sekitar 50 gadis yang telah meninggal.
Elizabeth tidak mengakui kesalahannya, ia tak mau datang di persidangan. Seorang saksi bernama Johannes Ujvary, bersaksi bahwa sekitar 37 gadis yang belum menikah telah terbunuh.
Menurut pengadilan, Elizabeth menyiksa para gadis dengan sangat kejam, mereka dipotong dengan gunting, ditusuk dengan sebuah pin, bahkan digantung di langit-langit untuk membuat sebuah “pancuran darah”.
Budak Elizabeth pun bersaksi bahwa sekitar 40 gadis telah disiksa dan dibunuh.
Namun, menurut catatan pada buku harian Elizabeth yang ditemukan, ia telah membunuh 612 gadis muda. Semua pihak yang terlibat dalam pembunuhan ini, kecuali Elizabeth, dipenggal dan dikremasi.
Elizabeth tidak diizinkan oleh hukum untuk dieksekusi, karena ia merupakan kaum bangsawan. Pengadilan pun tidak pernah menghukum Elizabeth atas kejahatan apa pun, ia hanya ditahan selamanya di dalam kastelnya.
Ia dibiarkan di dalam sebuah kamar tanpa jendela dan hanya terdapat celah kecil sebagai tempat untuk memberi makanan.
Dalam usia 54 tahun di dalam kastilnya sendiri, ia meninggal di tahun 1614 Masehi.