“Anak saya tidak pandai dan tertarik dengan musik,” “Saya berasal dari keluarga dengan gen yang tidak kuat dalam bidang matematika.”
Itu adalah beberapa komentar umum yang sering kita dengar. Banyak dari kita telah mempercayai dan meyakini bahwa kecerdasan adalah hal yang yang tidak semua orang dapat memilikinya.
Banyak orangtua memandang otak seperti sebuah wadah air dengan kapasitas terbatas. Selain itu ‘Orang tidak dapat baik dalam segala hal’ juga merupakan keyakinan umum yang tetap dipegang oleh kebanyakan orangtua kita.
Beberapa orang dilahirkan dengan bakat musik yang sangat luar biasa, sementara yang lainnya tidak peka terhadap nada, tapi memiliki bakat luar biasa dalam bidang olahraga. Namun, kita tidak dapat menyangkal bahwa terdapat banyak contoh orang yang dilahirkan ke dunia dengan suatu bakat tertentu.
Apakah kita tidak perlu mencari dan mengembangkan kecerdasan, karena kecerdasan merupakan sebuah karunia yang sudah ditetapkan oleh-Nya?
Tahukah kalian? Penelitian telah membuktikan bahwa sebagian besar ‘kecerdasan’ seseorang dapat dibina dan didapatkan melalui pembelajaran, latihan, ataupun pajanan.
Dengan kata lain, jika Anda tidak dilahirkan dengan bakat Matematika, Anda tetap dapat belajar mengembangkan kemampuan Anda untuk mengerjakan soal matematika pada tingkat kecerdasan yang tinggi.
Walaupun tak bisa kita menyangkal, di luar sana tidak sedikit anak-anak yang memang mempunyai kecerdasan lebih di atas rata-rata tanpa harus belajar lebih dalam.
Dalam suatu penelitian di tahun 1954 membuktikan bahwa kecerdasan dapat dibina. Aaron Stern, seorang yang tinggal di New York, memutuskan untuk memberikan lingkungan yang dapat memberikan dorongan bagi anak perempuannya.
Sejak anaknya dilahirkan, Aaron biasa memainkan musik klasik untuk anaknya, berbicara dengan bahasa yang baik dan benar (bukan bahasa bayi) dan mengajarkannya banyak sekali kata baru setiap harinya dengan menggunakan beberapa kartu bergambar.

Situasi dan iklim lingkungan yang diberikan kepada anaknya– Edith, membuahkan hasil. Di umur kurang dari 1 tahun Edith dapat berbicara dalam kalimat lengkap dan sempurna.
Pada umur 5 tahun, dia telah selesai membaca seluruh jilid Encyclopedia Britannica. Pada umur 12 tahun, Edith diterima di sebuah universitas, dan di umur 15 tahun, dia mulai mengajar matematika di Michigan State University.
Kasus lainnya
Setelah ditempatkan dan dibesarkan dalam iklim lingkungan yang tidak berbeda jauh dari Edith, Lawrence berhasil lulus dari ujian Cambridge Ordinary Level pada umur 9 tahun. Di umur 10 tahun, Ruth berhasil menyelesaikan ujian Cambridge Advanced Level dan diterima di Oxford University di umur 12 tahun.

Kedua kasus di atas merupakan sebuah rangkaian prestasi yang didapatkan tidak melalui gen hebat nan luar biasa dari orangtuanya, melainkan adalah hasil langsung dari pajanan serta stimulasi yang diberikan oleh orangtuanya.
Apakah benar kita hanya bisa memiliki satu kecerdasan saja?
Kenyataannya, ketika kalian merangsang perkembangan salah satu kecerdasan, maka hal itu akan membawa pada perkembagan dan menstimulasi kecerdasan lainnya yang tampaknya berbeda, asalkan perkembagan mereka tidak sengaja dihalangi oleh orang tua.
Itulah sebabnya kalian bisa menemui banyak orang jenius di luar sana yang multitalenta, seperti; Albert Einstein yang seorang ilmuwan, juga seorang yang ahli dalam memainkan biola. Juga seorang Leonardo Da Vinci yang hebat dalam olahraga, seni, arsitektur, matematika, dan fisika.
Oleh karenanya, kecerdasan tidak selalu bersifat monoton, atau bahkan stagnan seperti yang kita percayai selama ini. Namun, kecerdasan akan selalu berkembang selama berada dalam iklim lingkungan cocok dan selalu mendapatkan stimulasi serta dorongan.
oleh Kaesar Dwi Lambang
Editor: Yogi Arfan