Donald Trump Menarik Diri Dari Peluang Perang Dengan Iran

KUAFdNG7gw
Credit Image: medcom

Setelah markas pasukannya diserang rudal, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika menarik diri dari peluang perang dengan Iran. Pada rabu dini hari waktu Irak, Pangkalan Udara Ain al-Assad dan Irbil diserang oleh bombardir rudal milik Teheran.

Serangan yang menghantam markas AS tersebut menurut Garda Revolusi Iran ialah merupakan serangan balasan karena AS telah membunuh Jenderal mereka, Qasem Soleimani.

Tak mengumumkan operasi balasan

Dalam sebuah konfersi pers, Donald Trump mengatakan bahwa serangan rudal balistik di Ain al-Assad tidak menimbulkan korban dari pihak tentara AS. Presiden 73 tahun tersebut memilih mundur dari kemungkinan perang dengan tidak mengumumkan operasi balasan.

“Iran sepertinya memilih untuk mundur, dan hal itu bagus bagi semua pihak,” ujar Trump seperti dikutip kompas.com.

Trump juga berpendapat, bahwa kekuatan ekonomi dan militer AS bisa mencegah konfrontasi dari kedua belah pihak.

“Kami memiliki kekuatan militer yang mumpuni, namun kami tak harus menggunakannya,” ujar Trump.

Trump akan segera memberikan sanksi tambahan di sektor ekonomi dan finansial, hingga rezim Teheran mengubah perilakunya. Selain itu, ia juga meminta NATO agar lebih aktif mengawasi dan berpatisipasi proses di Timur Tengah.

Amerika siap berdamai dengan siapa pun

Di akhir konferensi pers, Presiden dari Partai Republik tersebut mengatakan bahwa ia ingin masa depan yang baik bagi rakyat Iran.

“Amerika siap mengumandangkan perdamaian dengan siapapun yang menginginkannya,” ujar Trump seperti dikutip kompas.com.

Serangan yang dilakukan oleh Garda Revolusi Iran tersebut dinamai “Martir Soleimani”, nama operasi tersebut diambil dari nama Qaseem Soleimani.

Bersama dengan wakil pimpinan jaringan pro-Teheran, yaitu Abu al-Muhandis, komandan pasukan Al-Quds tersebut tewas pada 3 Januari 2020 setelah mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal oleh drone AS di Baghdad, Irak.

Jenderal Qaseem Soleimani menurut Pentagon, mereka harus melenyapkan pria berusia 62 tahun tersebut. Karena Qaseem dianggap aktif merencanakan serangan terhadap AS di Timur Tengah.

Para pakar menyebutkan bahwa merupakan hal yang baru, Teheran mengklaim secara langsung serangan di markas AS.

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks