Petir terbentuk oleh muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang tercipta dari potongan es yang saling bertabrakan di dalam awan.
Di bagian atas awan biasanya muatan positif berkumpul, sedangkan muatan negatif berkumpul di bagian bawah awan. Di permukaan bumi juga terdapat muatan positif, ketika muatan negatif di awan dengan muatan positif di bumi dalam jarak yang dekat, keduanya akan tarik menarik sehingga terbentuklah petir.
Menyambar benda apa saja
Petir bisa mengahancurkan dan membakar benda yang disambarnya. Itu karena petir memiliki suhu yang sangat tinggi. Petir ialah listrik yang memiliki rata-rata suhu 20.000 derajat Celcius.
Awan cumulonimbus yang tinggi dan padat biasanya menghasilkan petir. Gunung, pohon, bangunan tinggi, bahkan tubuh manusia memiliki muatan positif. Di setiap tahun ada ribuan orang yang tersambar petir.
Agar tidak tersambar petir, kita bisa langsung masuk ke rumah jika ada petir terjadi, hindari berteduh di bawah pohon dan berdekatan dengan tiang listrik.
Di dalam rumah pun sebaiknya kita menghindari menggunakan gawai yang memiliki sambungan kabel. Lalu kita sementara untuk tidak dekat dengan soket listrik.
Menghitung jarak petir
Biasanya beberapa detik sebelum suara gemuruh petir, terdapat kilatan cahaya yang cukup terang. Kita akan menggunakan dua hal itu sebagai patokan perhitungan untuk menentukan di mana petir terjadi.
Ketika kita melihat kilatan petir, hitunglah sesuai detik jarum jam, lalu saat terdengar suara gemuruh, berhentilah berhitung, kemudian angka terakhir saat suara gemuruh muncul dibagi dengan angka lima. Hasilnya adalah jarak dalam satuan mil tempat terjadinya petir berada.
Contoh sederhananya seperti ini, saat kilatan terjadi kita menghitung dalam hitungan detik jarum jam, lalu ketika suara gemuruh terdengar angka yang kita hitung berhenti di angka lima. Kemudian angka lima tadi dibagi dengan lima (5:5=1), maka akan menghasilkan satu.
Angka satu ini maksudnya ialah petir terjadi 1 mil dari tempat kita berada. 1 mil sama dengan 1,6 kilometer.