Body Positivity: Kecintaan Pada Fisik Diri Yang Justru Toxic dan Berbahaya

Kalau dipikir lagi tren body positivity itu sebenarnya toxic dan berbahaya loh! Semenjak kepopuleran situs-situs media sosial dan aplikasi unggah foto seperti Instgram, maka munculah berbagai tren yang beragam baik itu yang positif maupun negatif. Nah salah satu tren yang hingga sekarang eksis dari hal ini, adalah tren body positivity atau mencintai badan kita sendiri…


Body Positivity

Kalau dipikir lagi tren body positivity itu sebenarnya toxic dan berbahaya loh!

Semenjak kepopuleran situs-situs media sosial dan aplikasi unggah foto seperti Instgram, maka munculah berbagai tren yang beragam baik itu yang positif maupun negatif.

Nah salah satu tren yang hingga sekarang eksis dari hal ini, adalah tren body positivity atau mencintai badan kita sendiri terlepas bagaimananapun bentuk / rupa badannya.

Mau wajah kita ada tahi lalat 20 buah atau perut kita gembul alias gak six-pack, kita dianjurkan oleh sesama warganet atau followers untuk tetap percaya diri dan mencintai apa adanya kita.

Memang sih maksudnya bagus banget. Tapi kalau gue lihat, justru tren ini tidak hanya annoying, namun juga akan menjadi toxic dan super berbahaya. “LOH APAAN SIH LO?” “MABOK LEM LO YA?” Baca dulu deh nih penjelasan / argumen nya oke?

Mensyukuri Sih Tapi…

Body Positivity
Time Magazine

Sekali lagi seperti yang dikatakan di parafraf pembuka, tren ini memang positif kok, positif banget. Bahkan bisa meningkatkan kepercayaan diri kita dan yang paling penting, mensyukuri dengan apa yang Tuhan berikan.

Tapi di saat yang sama, seperti kita tahu hal ini bersifat seperti terpaksa atau lebih tepatnya dipaksain. Positif yang dipaksakan. Karena adalah followers kita atau warganet asing lainnya yang pada esensinya, “memerintahkan” kita untuk merasa positif tersebut.

Dan tentunya yang namanya diperintah atau disuruh pastinya gak enak bukan? Padahal aslinya, kita sebenarnya gak suka dengan tampilan kita sekarang ini dan kita, ingin “memperbaiki”.

Baca Juga:  Walaupun Sangat Haus, Jangan Sampai Meneguk Minuman Dengan Cepat dan Banyak

Tapi karena mendengar / membaca komen mereka, jadinya kita seakan dan harus langsung merubah apa yang sebenarnya kita rasakan tersebut. Dan tentunya, hal tersebut gak enak banget.

Kita Pastinya Ingin Merubah Kekurangan Diri Kita

kumalasari
Barbie Kumalasari saja sah-sah saja operasi badan dan wajahnya ini! | FIN

Alasan selanjutnya kenapa gerakan atau seruan body positivity ini sangat toxic dan berbahaya adalah menghambat keinginan kita untuk merubah / memperbaiki kekurangan fisiknya tersebut.

Sudahlah guys jangan sok alim, jadi “ustad dasakan” dan mengakui bahwa ia mensyukuri dengan apa yang maha kuasa berikan. Kalau ada yang ngomong demikian, WOW kadar kemunafikannya sudah kelewat batas sih.

Sori kalau bahasanya bagaimana. Tapi ya sekarang begini saja deh. Gue muslim oke? Dan selama gue menjadi muslim dan baca Al-Qur’an dan belajar semuanya, setahu gue, gak ada tuh yang namanya Allah SWT melarang kita untuk merubah tampilan fisik kita.

Dan ya sebenarnya kalau mau ngomong lebih jauh, seperti operasi plastik atau merubah tampilan wajah biar lebih cantik dan seksi pun, itu setahu gue tidak ada masalah kok. TERKECUALI prosedur-nya menggunakan bahan atau cara yang tidak halal (tidak seperti dianjurkan Islam).

Bukankah memiliki tampilan yang jauh lebih baik dan tidak menjadi bahan ejekan itu, adalah sesuatu yang baik?

Mereka Menutupi Kekurangan Mereka Juga

001 Body Positivity Vogue 280520 Courtesy Universal Standard
British Vogue

Lagipula, mereka yang kerap menceramahi kita untuk mensyukuri apa adanya kita, umumumnya mereka melakukannya sebagai “tameng” untuk menutupi kekurangan yang mereka miliki juga.

Baca Juga:  5 Hewan Berukuran Kecil Tapi Sangat Berbahaya

Atau dengan kata lain, mereka melakukannya ke kita biar dia “ada temennya” yang sama seperti dia (sama-sama memiliki kekurangan fisik). Faktanya dan pastinya, mereka juga ingin merubah kekuarangan fisik yang dimilikinya tersebut. Itu PASTI banget.

Untuk Kesehatan dan Mereka Bukan Siapa-Siapa Kita

dots t
Hello! magazine

Dan yang lebih penting disini, siapa dia / mereka menyuruh-nyuruh kita untuk selalu mensyukuri apa adanya kita? Ya memang mereka followers tapi ya mereka bukan orang tua, saudara, bahkan sahabat.

Bahkan terkadang “perintah” sahabat saja kita sering tidak ikuti bukan? Jadi ya logikanya, untuk apa lantas kita cape-cape mendengar dan menuyetujui mereka walau sekali lagi, seruannya bersifat positif dan penuh percaya diri?

Lagipula terkadang terdapat beberapa perubahan fisik yang kita lakukan yang tentunya untuk tujuan kesehatan. Contohnya adalah perut “berlebih”. Nah ini yg gue juga bingung loh guys.

Rata-rata sekarang body positivity mengarah ke aspek sejuta umat ini. Banyak yang menyerukan kalau kita berpose dengan tampilan masih perut gendut, itu gak masalah, gak six-pack gak masalah, percaya diri saja, sempurna, just the way you are, STOP! JUST STOP OK!

Ditambah lagi penyanyi wanita top saat ini, Lizzo, WOW kalian tahu sendiri bukan? Ia bahkan berpose terbuka dengan badannya yang super gembul itu. Kian didukung saja gerakan body positivity ini. Sesuka-sukanya gue sama Lizzo, sori deh dia untuk urusan ini dia adalah bad role model banget.

Baca Juga:  6 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Bersama Durian
Lizzo
Lizo | Hello! magazine

Kalian semua rata-rata sudah dewasa dan berpendidikan bukan? Diajarkan bukan bahaya kesehatan yang mengancam jika kita memiliki tubuh yang terlalu gendut atau bahkan super overweight?

Yap jantung, diabetes, dan penyakit berbahaya lain akan menyerang kita. Jadi kalau kita tetap mengikuti gerakan body positivity ini, ya tentunya kamu bisa menerka bukan hasil akhir apa yang akan didapatkan?

Dan sekali lagi JANGAN MUNAFIK! Kita semua pastinya ingin memiliki tubuh yang langsing, singset atau setidaknya rata-rata (average) agar terlihat cantik dan ganteng ketika difoto bukan?

Jadikan Booster Percaya Diri Saja

Body positivity vogue india
Vogue India

Jadi kesimpulannya disini, gerakan / seruan body positivity ini memang baik, sekali lagi POSITIF maksudnya. Tapi tolong jangan lantas terus “dianut” sebagai “pedoman hidup”.

Kita semua pastinya ingin merubah penampilan kita atau bagian fisik kita jauh lebih baik lagi. Apalagi, kalau perubahannya bisa berpengaruh besar pada kesehatan kita ke depannya.

Jadi boleh mensyukuri dengan fisik yang kita miliki sekarang TAPI, kalau ke depannya dirasa harus operasi hidung atau mata dengan tujuan untuk biar lebih cantik, ya lakukan saja. Jangan lantas seruan warganet atau followers yang notabene bukan siapa-siapa kita, membentuk diri kita.

Jadikan saja sebagai penyemangat diri saja oke? Semoga pembahasan ini bisa membuka pikiran kalian lebih jauh lagi?