Bagaimana Cinta Memengaruhi Perubahan pada Otak Manusia?

Cinta sebenarnya adalah kebutuhan biologis yang sama pentingnya dengan olahraga, air, dan makanan. Artikel ini akan mengulas bagaimana cinta dapat memengaruhi perubahan pada otak manusia.
642512af1c677

Artikel ini akan mengulas bagaimana cinta dapat memengaruhi perubahan pada otak manusia.

Ketika terkena cinta, banyak dari kita yang mengalami kesulitan tidur, detak jantung yang cepat, atau bahkan sulit fokus karena pikiran teralihkan oleh hal lain.

Menurut Stephanie Cacioppo, seorang ahli saraf yang juga penulis buku Wired for Love: A Neuroscientist’s Journey Through Romance, Loss, and the Essence of Human, cinta sebenarnya adalah kebutuhan biologis yang sama pentingnya dengan olahraga, air, dan makanan.

Dalam pandangan ilmu saraf, Cacioppo menyatakan bahwa cinta tumbuh dan berkembang di dalam otak.

Baca Juga: Benarkah Manusia Hanya Menggunakan 10 Persen Otaknya?

Apa yang Terjadi Ketika Cinta Memengaruhi Otak Manusia?

Main Qimg A231b89175d00f05466b35329489a602 Lq

Cynthia Kubu, seorang ahli neurologi dan neuropsikolog di Cleveland Clinic Lerner College of Medicine of CWRU, sedang melakukan penelitian tentang proses yang terjadi di dalam otak ketika seseorang sedang jatuh cinta. Berikut adalah penjelasannya.

1. Hormon Terbentuk dan Mengaktifkan Sistem Penghargaan di dalam Otak

Pada awal hubungan cinta, seringkali orang-orang menganggap sebagai fase yang sangat menyenangkan, dengan tanda-tanda perasaan bahagia dan keinginan yang sangat kuat.

Hal ini terjadi karena fase awal dari perasaan cinta yang romantis memicu aktivasi sistem penghargaan di dalam otak, mirip dengan efek kokain.

Saat seseorang baru jatuh cinta, hormon penting seperti oksitosin dan vasopresin berhubungan dengan sistem penghargaan di otak, terutama dopamin, sehingga seseorang merasa seperti “tergantung” pada pasangan barunya.

2. Kadar Serotonin Mengalami Penurunan

Cinta romantis seringkali terkait dengan penurunan kadar serotonin dalam tubuh, mirip dengan kondisi gangguan obsesif kompulsif. Mungkin inilah alasan mengapa seseorang bisa sangat terobsesi dengan pasangan baru mereka, yang pada akhirnya bisa menyebabkan rasa cemas.

Baca Juga: 5 Fakta Teori Otak Kanan dan Otak Kiri, Dominan Otak itu Mitos!

3. Merasa seperti Kehilangan Akal Sehat

Saat seseorang mengalami tahap awal cinta romantis, aktivitas di area otak yang berkaitan dengan rasa takut dan penilaian kritis akan mengalami penurunan.

Perubahan-perubahan ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menjadi terpapar kepada sosok yang berbeda. Hal ini bisa membuat kita tidak mempertimbangkan secara kritis kelemahan pasangan kita atau potensi masalah dalam hubungan tersebut.

4. Merasa Sudah Menyatu dengan Individu tersebut

Cinta romantis berhubungan dengan penurunan aktivitas di bagian otak yang terkait dengan kemampuan memahami pikiran orang lain.

Empati adalah kemampuan kita untuk memahami sudut pandang orang lain secara mental. Ini melibatkan memperhatikan emosi dan pikiran mereka, sambil tetap menjaga perasaan dan pikiran kita sendiri. Selain itu, empati juga melibatkan pengenalan akan perbedaan antara diri kita dan orang lain.

Baca Juga: 4 Infeksi Otak Berbahaya yang Perlu Diketahui

5. Merasakan Manfaat Jatuh Cinta yang Sebenarnya

Setelah enam bulan pertama hubungan yang penuh gairah, kadar serotonin kembali normal dan kita dapat dengan mudah melihat keunggulan dan kekurangan pasangan.

Setelah itu, terdapat hubungan yang berlangsung lama yang terkait dengan berkurangnya tekanan, memperkuat hubungan, dan memberikan perasaan aman yang sebagian besar ada pengaruhnya akibat efek oksitosin.

Baca Juga: Mengenal Erotomania, Gangguan Delusional Merasa Dicintai

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Prev Next
Hidupkan Notifikasi OK No thanks