Sebuah penyakit yang dikenal dengan nama pes di Indonesia, yang pernah menyerang Jawa, ternyata jauh sebelum itu sudah menjadi ancaman di Eropa pada abad 14.
Penyakit ini disebut black death di Eropa sana. 50 juta orang terbunuh akibat penyakit ini, yang berarti mengurangi hampir 60 persen populasi Eropa.
Disebabkan bakteri yang dibawa tikus
Bakteri yersinia pestis adalah penyebab penyakit ini. Bakteri ini terdapat pada kutu tikus, khususnya tikus hitam. Menurut sejarawan Norwegia Ole Jorgen Benedictow dalam bukunya The Black Death (1346-1353), penyakit ini masuk lewat Laut Kaspia dekat Rusia pada tahun 1346.
Kutu-kutu yang menghinggapi tikus cokelat Rusia yang ikut bermigrasi menyebar ke barat, yang kemudian kutu-kutu tersebut juga menghinggapi tikus-tikus hitam di tempat migrasinya.
Tikus cokelat memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan tikus hitam, tikus hitam yang dihinggapi kutu tikus hanya mampu bertahan selama 14 hari saja.
Ketika kematian massal tikus hitam terjadi, para gerombolan kutu bingung mencari tempat hinggap. Kemudian kutu-kutu kelaparan itu pun bersarang di tubuh manusia sebagai pengganti tikus.
Orang yang terkena pes, kulit mereka menghitam, biasanya di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung. Kehitaman itu muncul akibat adanya jaringan yang mati.
Penyebaran wabah black death
Selain Italia, Jerman, Inggris bahkan Norwegia terkena dampak wabah yang diakibatkan kutu tikus hitam ini. Namun karena disebabkan oleh kutu tikus, pes hanya muncul ketika suhu menghangat dan menghilang ketika musim dingin tiba.
Tingginya angka kematian akibat pes amat mengagetkan di Eropa. Mereka menganggap Black Death adalah kutukan Tuhan yang menimpa para pendosa.
Epidemi ini tercatat baik dalam sejarah kesehatan Eropa dan meniggalkan trauma mendalam. Ketika pes masuk ke Jawa pada 1910, orang-orang Belanda panik. Kebijakan oleh Belanda terhadap wabah ini pun dibuat, dari pemberian vaksin, isolasi hingga bumi hangus desa.