Adalah Karl Denke, seorang pria yang dikenal baik oleh masyarakat karena kerap menolong gelandangan, lalu memberi makan dan tempat tinggal. Namun di balik kebaikannya tersebut, ternyata ia pembunuh berantai berdarah dingin. Dan bukan hanya seorang pembunuh, ia juga seorang kanibal.
Kedok dengan menjadi sukarelawan
Karl Denke lahir pada 1870 , ia seorang Polandia. Karl terlahir dari keluarga terpandang, namun pada usia 12 tahun ia memutuskan kabur dari rumah karena beberapa masalah dan memutuskan untuk menjadi tukang kebun. Pada usia 25 tahun, ayahnya wafat dan ia mendapatkan warisan. Kemudian ia membeli lahan pertanian kecil dari warisan ayahnya.
Namun ia mengalami kegagalan dalam mengelola usahnya tersebut. Kemudian menjual asetnya untuk membeli rumah dan toko kecil. Denke mulai menjual suspender kulit, ikat pinggang, tali sepatu, serta setoples daging acar tanpa tulang di toko kecilnya tersebut.
Bersama para sukarelawan gerejanya, secara rutin ia melakukan aksi sosial. Merawat para gelandangan, memberi makan dan tempat tinggal. Namun hal tersebut hanyalah kedok baginya untuk melancarkan kejahatannya.
Organ dan daging para korban dijual
Sebanyak 40 tunawisma yang ditampungnya tidak pernah keluar rumahnya. Pada tahun 1921 pasca PD I, ia menjual rumahnya dan tetap tinggal di toko kecilnya tersebut. Denke masih tetap menampung para tunawisma, selama itu pula ia melakukan pembunuhan kepada mereka.
Para korban dibunuh dan daging mereka diolah seolah-olah daging sapi untuk kemudian dijual di toko kecilnya. Ia juga menjualikat pinggang dari kulit, ia menggunakan kulit para korbannya. Namun ia mengaku kepada pelanggan jika itu terbuat dari kulit sapi.
Selain itu, Denke juga menjual setoples acar daging manusia tanpa tulang, yang diklaimnya berasal dari daging babi. Namun, kedoknya mulai terbongkar setelah beragam kejanggalan terus-menerus terjadi.