Pada 26 April 2003, Aron Ralston, seperti biasa melakukan pendakian rutinnya di hari sabtu seorang diri. Ia berencana untuk menghabiskan hari dengan mengendarai sepeda gunung di luar Taman Nasional Canyonlands di Utah tenggara.
Ralston yang berasal dari Aspen, Colorado adalah seorang sarjana teknik dan musik yang pernah bekerja selama lima tahun di Intel.
Ralston sendiri telah mendaki tempat itu berkali-kali dan kali ini dia melakukannya sebagai pemanasan untuk sebuah pendakian gunung tertinggi di Amerika Utara.
Terjebak di bebatuan yang runtuh
Ralston berada 150 meter di atas puncak dinding vertikal Bluejohn Canyon. Dia melakukan manuvernya untuk mencapai bagian atas sebuah batu besar yang terselip di antara dinding ngarai sempit.
Ketika ia mulai turun di sisi yang berlawanan, batu seberat 800-pound (kurang lebih 2.5 ton ) itu tiba-tiba bergeser, menjepit lengan kanannya hingga ia pun terjebak
Saat terjebak dengan tangan yang terhimpit batu, dia memiliki beberapa pilihan: antara menunggu seseorang yang muncul untuk menyelamatkannya, membebaskan dirinya sendiri, atau kalau semua cara gagal dia akan memutuskan lengannya.
Kematian adalah kemungkinan yang terakhir tetapi Ralston tidak ingin mempertimbangkannya.
Berjam-jam dia berjuang untuk membebaskan dirinya dari batu tanpa hasil. Di malam hari temperaturnya turun, Ralston masih bekerja untuk membebaskan dirinya sendiri.
Keputusan memotong tangannya sendiri
Minggu dan Senin berlalu, tapi ia masih terjebak. Sinar matahari sampai di lantai ngarai sempit hanya untuk waktu yang sangat singkat. Dia kehabisan makanan dan air pada hari Selasa.
Pada hari Rabu, Ralston mulai menghirup air seni yang telah ia simpan di hari sebelumnya. Dia mengeluarkan video kamera dan merekam pesan terakhir berisi selamat tinggal kepada orang tuanya.
Dia lalu mengukir namanya, tanggal lahir, dan apa yang dia yakini adalah hari terakhirnya di bumi ke dinding ngarai. Di atasnya dia mengukir RIP.
Akhirnya dia mengambil keputusan memotong tangannya sendiri.
Ia mulai menusukkan bilah pisaunya ke kulit mati ibu jarinya dan ia mendengar hembusan udara yang keluar dari tangannya yang telah membusuk itu.
Setelah satu jam lebih mengamputasi tangannya sendiri, akhirnya Ralston berhasil keluar dari sana setelah berhari-hari mengalami halusinasi dan mengigau.
Ralston mengatakan proses amputasi lengannya berarti ia menahan rasa sakit dan kegembiraan yang mutlak.
Setelah membebaskan diri, Ralston berjalan tujuh mil untuk kembali ke truknya. Dalam perjalanan, Ralston beruntung karena bertemu dengan sebuah keluarga yang akhirnya menyelamatkannya.
Ralston kehilangan 40 pounds (18 kilogram) selama terjebak. Entah bagaimana, tapi sungguh keajaiban ia tidak kehabisan darah dan meninggal.
Saat ini, Ralston tetap melanjutkan hobinya mendaki gunung. Dan berkat kisah hidupnya, ia kini juga menjadi seorang pembicara motivasi.
Sumber: grid.id, manado.tribunnews.com, darksideofdimension