Sudah tak sedikit bahkan sering terjadi, para pendaki gunung yang tewas secara tragis karena tidak mengikuti standart safety dalam mendaki gunung.
Berikut 5 kisah tewasnya pendaki gunung yang di antaranya sempat dinyatakan hilang.
1. Alvi Kurniawan (Magelang)

Pendaki asal Magelang, Alvi Kurniawan dinyatakan hilang saat mendaki Gunung Lawu pada Senin tanggal 31 Januari 2018. Alvi mendaki bersama rekan pendakinya berjumlah 6 orang, ia dilaporkan hilang oleh teman sesama pendakinya, Wahyu Candra.
Awalnya, ia diajak balapan mencapai puncak oleh seorang pendaki wanita asal Wonosobo lewat lajur pendakian Candi Cetho pada pukul 10.00 WIB.
Namun ketika sampai ke spot yang bernama Pasar Dieng pada pukul 12.00 WIB, sang pendaki wanita ini kecapekan dan memutuskan untuk berhenti sejenak hingga akhirnya Alvi melanjutkan perjalanannya sendirian sampai ke puncak. Setelah sesaat itulah Alvi dilaporkan menghilang.
Pencarian sempat dihentikan selama sepekan, pada tanggal 8 januari 2019. Lalu Gn Lawu yg sebelumnya ditutup, dibuka kembali tiga hari kemudian.
Namun meskipun demikian, tim masih melakukan pencarian selama 23 hari. Pada tanggal 22 Januari 2019, keluarga Alvipun ikut serta mencari keberadaannya di Gn Lawu, hingga pada tanggal 24 Januari 2019 pencarian ditutup total setelah sang keluarga mengikhlaskan kepergiannya.
2. Galih Andika
Galih Andika dinyatakan hilang saat mendaki gunung Bawakaraeng. Ia dilaporkan terpisah dari rekannya ketika berada di Pos 6 Barakawang. Kejadian ini terjadi pada tanggal 19 februari 2019.
Selama 15 hari Galih dinyatakan hilang, namun sang ayah masih setia menunggu anaknya di Lembana. Pencarian dilakukan tim selama 7 hari, namun hasilnya nihil.
Setelah menghilang 3 bulan, Galih ditemukan dengan kondisi tinggal tulang belulang tak bernyawa di hulu tenggara sungai Gunung Bawakaraeng, Gowa, Sulawesi Selatan.
3. Zaki Putra Andika (Lamongan)

Zaki Putra Andika Mahasiswa asal lamongan dilaporkan telah menghilang selama 5 hari sejak kamis 1 Februari 2018 di Gunung Raung, Banyuwangi. Zaki terpisah dengan rekannya, Mohammad Sholahudin Qoyim.
Sebelumnya mereka bersama satu rekannya lagi yang bernama Mohammad Bayu Alfarizi menginap di basecamp Dusun Wonorejo. Esok harinya mereka memutuskan mendaki menuju ke pos 1, namun Bayu memutuskan turun dan tidak melanjutkan pendakian bersama 1 pendaki asal Malaysia karena kondisinya yang lemah.
Zaki dan Qoyim tetap melanjutkan perjalanan, lalu mereka terpisah di bawah puncak tusuk gigi saat menuju perjalanan puncak sejati Gunung Raung. Qoyim ditemukan dalam kondisi selamat oleh tim di Pos 7 dan dievakuasi menuju Basecamp Dusun Wonorejo.
Kepada wartawan, Qoyim menceritakan dia terpisah dengan Zaki siang hari dalam keadaan hujan badai. Ketika mereka menemukan dua lajur persimpangan, Zaki memutuskan untuk belok ke kiri, sedangkan menurut Qoyim jalan yg dipilih oleh Zaki itu tanahnya gerak dan batuannya kecil-kecil.
Qoyim mengaku sempat mencari rekannya, namun ia hanya menemukan sandal Zaki lalu dia memutuskan turun ke Pos 7 karena tidak membawa perbekalan yang cukup untuk bertahan di atas.
80 personil yg tergabung dalam TIM SAR dikerahkan untuk mencari keberadaan Zaki, namun naas, Zaki ditemukan meninggal di bawah Puncak Tusuk Gigi Gunung Raung, di tempat terakhir korban terpisah dengan rekannya.
Jenazah korban pertama kali ditemukan pemandu Gunung Raung yang bergabung dengan tim relawan.
4. Ike Susesta Adelia

Ike dilaporkan hilang oleh salah satu rekannya. Saat itu Ike bersama ke 4 rekannya sedang berendam di Pemandian Air Panas Aik Kalak sekitar Danau Segara Anakan.
Saat sedang berendam, tiba-tiba korban dan rekannya merasa ditarik sesuatu dari dalam air panas tsb, ke 4 rekannya berhasil selamat, namun Ike tidak berhasil di selamatkan.
Rekan-rekan Ike sempat mencarinya namun tak kunjung ketemu. Hingga akhirnya mereka melaporkan hal tersebut ke Pos Sembalun Taman Nasional Gunung Rinjani.
Pada Senin 9 Mei 2016, Ike ditemukan mengambang tak bernyawa di Pemandian Air panas tersebut. Lokasi korban diketemukan berada di ketinggian 2008 MDPL.
5. Ahmad Sulaiman

Sulaiman, santri Pondok Pesantren Attolibiyah Mobok Karsih dilaporkan hilang usai melakukan pendakian Gunung Slamet pada 21 November 2018. Dia dan ke 3 rekannya melakukan pendakian menuju pos 9, namun ketika sampai di pos 7 mereka memutuskan berhenti karena tersesat dan tidak kuat untuk melanjutkan.
Akhirnya mereka bermalam di hutan. Ketika pagi menjelang, sekitar pukul 06.30 WIB, Muhammad Imam As’ari, Muhammad Jefri Trimulyana dan Ahmad Fadil Izulhaq terbangun dari tidur.
Namun mereka tidak mendapati Ahmad Sulaiman di sekitar tempat istirahat. Mereka sempat berusaha mencari korban, namun korban tak juga ditemukan.
Baru tanggal 25 Desember 2018 ketiga temannya yang mendaki melaporkan kejadian ini ke Polsek. Berbekal keterangan ketiga rekannya,Tim SAR gabungan memutuskan melakukan pencarian di sekitar Gunung Slamet. Pencarian itu akhirnya menemui titik terang.
Rabu 26 Desember 2018 sekitar pukul 16.30 WIB, mereka menemukan sesosok mayat di anakan Sungai Pelus. Jasad yang sudah rusak atau tinggal kerangka diyakini adalah Ahmad Sulaiman yang telah hilang sekitar sebulan.