Program Makan Siang di Jepang, Makanan Sehat Menurut Ahli Gizi

Program makan siang di Jepang tidak hanya tentang memberi makan anak-anak, tetapi juga memberikan pengajaran mengenai makanan sehat dan gizi yang seimbang.


027745400 1477400187 jepang

Ternyata, program makan siang yang diperbincangkan akan dilakukan di Indonesia sudah lama ada di Jepang. Program ini juga diterapkan untuk semua siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah di Jepang.

Lebih dari 10 juta anak di Jepang mendapatkan makanan sehat dan lezat setiap harinya. Makanan ini disiapkan di sekolah dengan menggunakan berbagai bahan makanan yang bergizi sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh ahli gizi.

Menurut International Confederation of Dietetic Associations, makanan yang disajikan di sekolah biasanya terdiri dari sup, sayuran, ikan, daging, dan nasi yang dimasak langsung. Makanan ini sangat sehat.

Seluruh murid memakan makanan yang serupa. Mereka juga harus makan bersama, duduk mengelilingi meja seperti saat ada acara makan bersama dengan keluarga.

Pada umumnya, siswa-siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama tidak diizinkan untuk membawa bekal makanan dari rumah. Mereka harus makan siang dengan menu yang telah disiapkan oleh sekolah.

Pastinya, setiap hidangan juga tidak asal-asalan dibuat. Semuanya mengikuti standar dari para ahli gizi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak di Jepang.

Baca Juga:  Persiapan Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Diungkap Budiman

Menurut informasi dari New York City Food Policy Center, orang Jepang mengidentifikasi program ini sebagai shokuiku, yang berarti pendidikan mengenai makanan dan gizi.

Program makan siang di Jepang tidak hanya tentang memberi makan anak-anak, tetapi juga memberikan pengajaran mengenai makanan sehat dan gizi yang seimbang.

Program makan siang ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak kebiasaan makan makanan sehat sejak dini. Selain itu, program ini juga membantu anak-anak memahami pentingnya makanan bergizi dan memberikan mereka kalori dan nutrisi yang mungkin tidak tercukupi saat mereka berada di rumah.

Baca Juga: Persiapan Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Diungkap Budiman

Subsidi Program Makan Siang dari Pemerintah

makan siang di jepang

Program makan siang ini dikembangkan sebagai respons terhadap kekhawatiran pemerintah Jepang mengenai kekurangan pangan dan nutrisi yang dihadapi oleh masyarakat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah menciptakan peraturan tentang makan siang yang kemudian dijadikan Undang-undang.

Pada tahun 1954, pemerintah Jepang memberlakukan Undang-undang Makan Siang di Sekolah untuk menyediakan makan siang bagi semua siswa. Namun, baru pada tahun 1970-an makan siang tersebut mulai memenuhi standar gizi yang berlaku hingga sekarang.

Baca Juga:  Hewan-hewan Unik Dinamai Publik Figur Terkenal di Dunia

Pada tahun 2008, terjadi perubahan pada undang-undang ini. Revisi dilakukan untuk memberikan penekanan yang lebih besar pada pendidikan tentang pangan dan gizi.

Di Jepang, program makan siang tidak sepenuhnya gratis bagi semua siswa. Namun, pemerintah memberikan subsidi yang signifikan untuk mendukung program ini.

Semua makanan harus diproses dengan bahan-bahan segar, tidak boleh beku atau sudah diolah sebelumnya. Setiap makanan minimal harus mengandung 600 hingga 700 kalori yang terdiri dari karbohidrat, daging atau ikan, dan juga sayuran.

Program makan siang di Jepang dianggap berhasil. Salah satu bukti keberhasilan ini dapat dilihat dari prevalensi obesitas yang rendah di kalangan orang dewasa dan anak-anak Jepang jika dibandingkan dengan negara lain.

Di Jepang, mereka mendorong penduduknya untuk mengikuti prinsip shokuiku dan mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang. Shokuiku ini bertujuan untuk mendidik anak-anak sejak usia dini mengenai pentingnya makanan dan nutrisi tertentu bagi kesehatan, pembelajaran, dan perkembangan mereka.

Di samping itu, program makan siang Jepang yang ada di sekolah ini juga dapat berperan sebagai penyedia nutrisi yang penting. Terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah dan mungkin tidak memiliki akses ke makanan bergizi yang lengkap di rumah.

Baca Juga:  4 Penegak Hukum yang Dihabisi Karena memberantas Korupsi

Baca Juga: