Kita mungkin pernah mendengar “ITF”, yaitu Indonesia Tanpa Feminisme atau biasa disingkat dengan ITF. Merupakan gerakan atau kampanye yang dilakukan oleh sekelompok perempuan.
Mungkin sedikit aneh, pasalnya gerakan ini justru seperti merendahkan para wanita dan menganggap wanita hanya sebagai barang atau properti bagi para lelaki. Simpelnya, gerakan ini tunduk kepada patriarki.
Entah apa yang salah dengan feminism sehingga mereka terang-terangan dalam menentang hak dan kesetaraan antar wanita dan pria ini. Satu hal yang mungkin bisa menjadi penyebab mereka melakukan hal ini.
Apa itu? Mungkin dari kesalahpahaman dalam mempelajari agama, menentang feminisme yang mereka anggap sebagai gerakan dari “negeri barat”.
Apa itu “Feminisme”?
Simpelnya, feminisme menurut KBBI adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Feminisme tidak berbicara mengenai superioritas gender, tidak berbicara perempuan yang dapat berbuat seenaknya kepada laki-laki, dan sebagainya. Namun feminisme hanya ingin ada dan terwujudnya persaman hak antar pria dan wanita.
Feminisme Memperjuangkan Kesetaraan
Feminisme pada prinsipnya memperjuangkan kesetaraan, dalam hal apa? Kesetaraan sebagai manusia. Pada zaman dulu, wanita dianggap lebih rendah daripada lelaki, hanya sebagai boneka dan mainan bagi lelaki.
Zaman dulu, wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah, menuntunt ilmu dan lain sebagainya. Mereka para wanita, hanya dianggap sebagai pelayan dan budak bagi pria. Yang hanya bisa memasak didapur, melayani dikasur, dan mencuci disumur, tidak lebih dari itu.
Pada saat abad 19-20 atau bahkan jauhh sebelum dari itu, wanita tidak punya hak dalam berpolitik–tidak punya suara.
Feminisme tidak hanya urusan bagi perempuan, melainkan juga bagi lelaki. Dalam pandangan tradisional. Lelaki/ayah bertindak sebagai pencari nafkah untuk menafkahi keluarganya.
Lantas, apakah dia harus lepas tanggung jawab dalam mengurusi anak? Mengasuh anak? Menyuapinya? Memandikannya? Mendidiknya? Tidak. Feminisme tidak seperti itu. Semuanya sama.
Patriarki dan Feminism
Feminis bukan soal wanita berkarir atau tidak, bukan soal perempuan bekerja atau tidak, kantoran atau bukan, tidak. Feminisme mengharapkan adanya kesempatan bagi wanita, tidak dikekang dan diperbudak.
Berkat feminisme, kalian–para wanita bisa merasakan kebebasan berbicara saat ini, kebebasan memilih dan ikut serta dalam pemilu, merasakan pendidikan, ikut masuk ke ranah politik dll.
Namun sayangnya, secara historis patriarki telah terwujud dalam organisasi sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama. Membuat banyak orang terperangkap dalam faham patriarki dan mungkin bisa menjadi bibit-bibit anti feminisme.
Wanita tidak boleh keluar malam, tidak boleh mempunyai banyak teman, harus memakai pakaian feminim, merupakan bentuk kita masih berada dalam faham patriarki.
Entah apa yang dipikirkan oleh para Anti Feminism ini, atau bahkan mereka mungkin tidak tahu apa itu feminisme?
Miris, para pejuang wanita dulu seperti R.A Kartini berusaha menaikkan derajat wanita. Namun beberapa orang-orang kontemporer malah menggaungkan gerakan Indonesia Tanpa Feminisme. Gerakan ITF justru bisa membawa wanita kepada zaman kebodohan, di mana wanita hanya diperbudak dan diperalat.
Penulis: Kaesar Dwi Lambang
Editor: Yogi Arfan